Dakwah Maksud Hidup


widgeo.net

Friday 7 June 2019

Hikmah Idul Fitri


Setelah selama satu bulan penuh ditempa untuk menundukkan hawa nafsu maka ummat Islam merayakan Iedul Fitri . Kembali ke fitrah (Idul Fitri) berarti kembali ke asal kejadian ketika manusia masih berupa ruh, hanya mengetahui , hanya meyakini Allah SWT semata mata.

Allah SWT berfirman:

 وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ


Referensi: https://tafsirweb.com/2626-surat-al-araf-ayat-172.html
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

Referensi: https://tafsirweb.com/2626-surat-al-araf-ayat-172.html
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al-A`raf [7]: 172).

Fitrah sebagaimana bayi baru lahir adalah suci, maka kedua orang tuanyalah yang kemudian menjadikannya sebagai yahudi ataupun nashrani. Maka salah satu hikmah perayaan Idul Fitri ialah perayaan atas keberhasilan ummat Islam kembali kepada kesucian Suci dari sifat sifat yahudi maupun sifat sifat nashrani . 
Sesungguhnya, hakikat hari raya Idul Fitri adalah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan. Setelah berhasill menundukkan nafsu, kita dapat kembali ke fitrah kembali kepada jalan yang lurus , shirothol mustaqim. Kembali dari jalannya orang orang yang dimurkai dan jalannya orang orang sesat
.
Di sisi lain, sesungguhnya Idul Fitri lebih layak dirayakan oleh Mukmin yang puasanya melahirkan takwa. Tentu bukan takwa yang pura-pura. Sekadar demi citra. Demi meraih tahta dan kuasa. Namun, takwa yang bertambah sempurna. Takwa yang makin paripurna. Takwa yang sebenarnya (haqqa tuqâtih). Sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT dalam QS Ali Imran [3] ayat 102. Dalam bahasa sebagian ulama dinyatakan:

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ وَ لَكِنَ الْعِيْدَ لِمَنْ تَقْوَاهُ يَزِيْدُ

Hari Raya bukanlah untuk orang yang mengenakan segala sesuatu yang serba baru. Hari Raya hanyalah untuk orang yang ketakwaannya bertambah atau dengan kata lain untuk hamba hamba Allah yang senantiasa memperbaharui Imannya.

Salah satu definisi takwa dinyatakan oleh Imam al-Hasan. Kata Imam al-Hasan, sebagaimana dikutip oleh Imam ath-Thabari di dalam tafsirnya, kaum yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa takut terjerumus pada apa saja yang telah Allah SWT haramkan atas mereka dan menunaikan apa saja yang telah Allah wajibkan kepada mereka

Berpuasa sebulan penuh menjadikan hamba Allah yang bertaqwa. Perbuatan yang awalnya diperintahkan dan merupakan kebutuhan dasar hidup yakni makan dan minum tetapi pada bulan suci Rhamadlan menjadi haram pada waktu yang ditentukan. Tidak hanya itu kita wajib menjaga mulut kita menjaga fikiran kita menjaga hati kita sehingga tidak sampai hanya memperoleh lapar dan dahaga saja. Kesusahan dan kesulitan itu lah yang menghasilkan perubahan ke arah taqwa suatu derajad tertinggi seorang hamba Allah SWT yaitu melaksanakan semua perintah perintah Allah SWT atas dasar keyakinan dan keridlaan bukan karena keterpaksaan seperti mana seorang budak terhadap majikannya tetapi sebagaimana seorang kekasih kepada cintanya.

Pada hari raya idul fitri dimana mana dikumandangkan kalimat takbir yang menggema sehingga masuk ke relung relung hati ummat manusia. Kalimat inilah yang menjadikan ummat Islam dan ummat manusia pada umumnya memahami akan arti seorang hamba Allah. Bahwa seorang hamba hanyalah hamba yang tidak mengetahui apa apa, tidak memiliki apa apa tidak bisa berbuat apa apa, bukan lah siapa siapa. Hamba hanyalah seorang yang tidak ada apa apanya sama sekali. Kesadaran inilah yang akan melebur semuanya , dinding dinding kesombongan keangkuhan sehingga ummat manusia benar benar menyatu dalam penghambaan kepada Allah SWT semata semata. 

Maka hikmah berhari raya idul fitri hendaknya ada tiga hal yang harus difahami

Pertama betul betul kembali kepada fitrah yakni ummat muslim bahkan sepertimana bayi yang baru lahir. Taubat dari segala bentuk yang dimurkai Allah SWT dan dari segala kesesatan.
Kedua tingkatkan kwalitas amal , yang semula hanya sebatas menggugurkan kewajiban tanpa ada rasa gairah dalam beramal , menjadi amal yang didasari kecintaan dan ridla sebagaimana perasaan kepada kekasih hatinya.
Ketiga dengan takbir hanya membesarkan Allah SWT saja bahkan menafikan diri dan segala kebesaran duniawi lainnya maka barulah ummat manusia dapat menyatu dalam penghambaan kepada Allah SWT. Inilah solusi terhadap masalah masalah kehidupan duniawi yang hanya mementingkan kekuasaan yang bersifat fana dan semu.

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

"Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang selalu dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Az-Zumar [39]: 29).

Sabda Nabi saw.:


إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَ سَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Sungguh kalian benar-benar berhasrat terhadap kekuasaan, sementara kekuasaan itu (jika tidak dijalankan dengan amanah) akan menjadi penyesalan (bagi pemangkunya) pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari).

No comments:

Post a Comment

Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.