Dakwah Maksud Hidup


widgeo.net

Wednesday 30 December 2020

 

Rahasia kedekatan para Shahabat ra ajmain

dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Tidak ada hal mudah semudah beragama. Agama adalah sesuatu yang mutlaq wajib ada pada semua hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sudah menjadi Sunnatullah bahwa sesuatu yang sangat dibutuhkan dibuat sangat mudah oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala. .Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan agama sebagai hal yang paling mudah dan tidak ada yang lebih mudah melebihi kemudahan dalam mengamalkan agama sebab agama paling dibutuhkan oleh ummat manusia baik didunia terlebih lebih nanti di alam akhirat. sehingga hakekatnya mengamalkan agama adalah hal paling mudah dalam kehidupan ini.

Sebuah pertanyaan mengapa para Shahabat sangat mudah sekali dalam mengamalkan agama Islam Pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para Shahabat ra ajmain sangat dekat sementara manusia akhir zaman seakan sangat sulit untuk mengamalkan agama Islam dan Pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita seolah masih sangat jauh sekali ?

Di Zaman Shahabat bahkan masalah kecil Allah Subhanahu wa Ta’ala cepat memberi bantuan. Pada zaman sekarang semuanya serba bermasalah mulai dari masalah ekonomi, masalah pendidikan, masalah kesehatan, masalah sosial maupun masalah politik seakan akan Pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala masih sangat jauh sekali . Mengapa semua ini bisa terjadi ???


Segala perbuatan yang didasari niat menta’aati Perintah Allah Subhanahu wa Ta’aala dan mengikuti Sunnah Rasulullah shallallaahu alaihi wa saalam bernilai agama. Intinya ketika seorang hamba memurnikan ketaatan hanya kepada Allah Subhanahu wa Taala dan sunnah Rasul shallaahu alaihi wa salam maka amalannya menjadi amal agama. Seperti misal makan dan minum yang asalnya perbuatan semua manusia bahkan hewan maupun tumbuh tumbuhan juga melakukan hal yang biasa ini. Dalam QS al-Bayyinah ayat 5, Allah SWT berfirman,

 

وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَعۡبُدُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوا الزَّكٰوةَ‌ وَذٰلِكَ دِيۡنُ الۡقَيِّمَةِ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan ke pada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."

"Seluruh kehidupan ini adalah ibadah. Kegiatan amal itu ada macam-macamnya, tapi jika dikelompokkan berda sarkan niat maka menjadi dua. Ada yang karena Allah dan Rasul dan ada yang ditambah dengan tujuan lainnya,"

Dalam beribadah kepada Allah SWT maupun menjalankan kehidupan, niat menjadi hal utama. Selain niat, keikhlasan juga diperlukan agar segala usaha yang di lakukan menjadi lebih baik. Keberadaan niat harus disertai pembebasan dari segala keburukan, nafsu, dan keduniaan; harus ikhlas karena Allah. Ikhlas artinya memurnikan tujuan ber-taqarrub kepada Allah SWT dari hal-hal yang mengotorinya. Arti lainnya: menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Ikhlas adalah syarat diterimanya amal saleh yang dilaksanakan sesuai dengan sunah Rasulullah SAW.

Agama Islam merupakan agama yang bersih dari kesyirikan dan ria. Ikhlas menjadi kunci utama dalam menjalankan segala ibadah dan ketentuan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam hadis riwayat Abu Dawud dan an-Nasai dituliskan,

"Sesungguhnya Allah Subha nahu Wata'ala tidak menerima suatu amal kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharapkan wajah-Nya."

Keikhlasan juga disebut banyak dibahas dalam Alquran. Dalam QS al- An'am ayat 162, Nabi Muhammad SAW berkata,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam."


Ini menunjukkan keikhlasan dan kepasrahan yang dilakukan Rasulullah dalam menjalankan kehidupannya.

Suatu kelompok amal juga diawali dari niat. Siapa pun yang perbuatan hijrahnya betul-betul semata-mata karena Allah SWT dan Rasulnya, maka semua ibadah itu diterima oleh Allah SWT. Seseorang itu juga akan mendapatkan kenikmatan di dunia maupun akhirat. Namun, jika seseorang melakukan sesuatu karena dunia, ia akan mendapatkan dunia tanpa mendapatkan akhirat.

Shahabat ra ajmain didalam mengamalkan agama benar benar murni didalam hatinya hanya karena menTa’ati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam. Tidak ada didalam hati para Shahabat ra ajmin maksud maksud lainnya selain hanya ingin Ta’at sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mencontoh Sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Selalu dan selalu mengedepankan dan menjadikan dasar pijakan dalam mengamalkan agama 24 jam dalam sehari.

Didalam hati para Shahabat ra ajmain sepenuhnya yakin yang tanpa ada keraguan sedikitpun terhadap Janji Jani Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa salam. Karena keyakinan yang sangat kuat dan sempurna inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Pertolongan Nya dengan cepat. Sedangkan manusia akhir zaman dalam mengamalkan agama tidak semurni para Shahabat ra ajmain dalam hal ketaatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullaah shallalahu alaihi wa salam. Salah dalam menempatkan ketaatan yang seharusnya ke Ta’atan mutlaq hanya kepada Allah dan Rasul Nya sebagaimana ayat Al Qur’an

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Keyakinan para Shahabat ra ajmain

Ada sebuah kisah dari sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW, yaitu Ali bin Abi Thalib, tentang keutamaan sedekah. Sahabat Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai ahli sedekah sehingga berjuluk Imamul Masakin atau Pemimpin Orang-orang Miskin. Ia merupakan satu di antara 10 sahabat yang dijamin oleh Nabi Muhammad SAW akan masuk surga. Dalam Kitab Durratun Nasikhin fi Al-Wa’dzi Wa Al-Irsyad karya Syekh Usman al-Khaubari, dijelaskan kisah teladan Ali bin Abi Thalib dalam bersedekah.

Dikisahkan oleh Ka’ab bin Akhbar: Suatu hari Fatimah Zahra, istri Ali bin Abi Thalib, putri Rasulullah sakit. Ali pun bertanya kepada Fatimah.

“Wahai istriku, engkau ingin buah apa?”


“Suamiku, aku ingin buah delima,” jawab Fatimah. Ali terdiam sejenak. Sebab, ia merasa tidak memiliki uang sepeser pun untuk membeli delima. Ali memang menantu dari Rasulullah namun ia terbiasa hidup sederhana. Kemudian dia pun berusaha mencari pinjaman uang satu dirham. Setelah mendapat pinjaman itu, Ali pergi ke pasar membeli delima dan segera kembali pulang. Di tengah perjalanan pulang, Ali melihat seorang tua yang tergeletak di pinggir jalan dalam keadaan sakit. Ali pun menghampirinya.

 “Wahai orang tua, apa yang diinginkan hatimu?”

“Wahai Ali, sudah lima hari aku tergeletak sakit di tempat ini. Banyak orang berlalu lalang tapi satu pun tak ada yang mau peduli padaku. Padahal hatiku ingin sekali memakan buah delima,” jawab orang tua itu.

Mendengar jawaban itu Ali terdiam. Dalam hati Ali berkata, “Buah delima ini sengaja aku beli untuk istriku. Jika aku beri kepada orang tua ini, Fatimah pasti sedih sekali. Namun apabila tidak aku berikan, berarti aku tidak menepati firman Allah.” Ali lantas teringat ayat Allah SWT.

وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ - ١٠

Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya).

(QS. Ad Dhuha:10)

Ali pun memutuskan untuk memberikan buah delima itu kepada orang tua tersebut. Sampai di rumah, Ali menceritakan peristiwa itu kepada Fathimah. Setelah mendengar penuturan suaminya, Fatimah merangkul dan mendekap Ali.

“Demi Allah yang Maha Perkasa dan Maha Agung, ketika engkau memberikan delima kepada orang tua itu, maka puaslah hatiku dan lenyaplah keinginanku pada buah delima itu,” kata Fatimah.

Dengan wajah yang cerah, Ali merasa sangat gembira mendengar penuturan istrinya. Tidak lama kemudian, datang tamu mengetuk pintu.

“Siapakah Tuan?” tanya Ali.

“Aku Salman Al Farisi,” jawab orang yang mengetuk pintu.

Setelah dibuka, Ali melihat Salman membawa sebuah nampan tertutup. Nampan itu diletakkan di depan Ali.

“Dari manakah nampan ini, wahai Salman?” tanya Ali.

“Dari Allah SWT untukmu melalui perantaraan Rasulullah SAW,” jawab Salman. Setelah penutup nampan dibuka, terlihat di dalamnya sembilan biji buah delima. Melihatnya Ali langsung berkata.

“Hai Salman, jika ini memang untukku, pasti jumlahnya sepuluh.”

Kemudian Ali membacakan firman Allah SWT.

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

” (QS. Al An’am : 160)

Salman pun langsung tertawa sambil menyodorkan sebutir delima di tangannya.

“Wahai Ali, Demi Allah, sandiwaraku ini hanya sekedar menguji sejauh mana keyakinanmu terhadap firman Allah yang engkau bacakan tadi,” ucap Salman yang lantas mohon izin pulang.

Begitulah kisah sedekah buah delima Ali bin Abi Thalib yang meyakini balasan pahala sepuluh kali lipat dari Allah.

Kisah Pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Di antara cerita kepahlawanan Sa'ad yang lainnya adalah ketika pasukan Muslimin yang sedang dipimpinnya teradang Sungai Tigris. Kala itu, umat Islam akan membebaskan Irak. Padahal, wilayah itu belum banyak dikenal oleh kaum Muslimin umumnya yang berasal dari Jazirah Arab.

Alih-alih mundur, Sa'ad memerintahkan pasukannya untuk terus menyeberangi sungai demi menyukseskan jihad ini. Berkatalah ia kepada pasukan, "Bacalah Hasbunallahu wa ni'mal wakiil."

kemudian dikerahkan kudanya menerjuni sungai yang diikuti orang-orang setelahnya. Maka, berduyun-duyun pasukan Muslim menyeberangi sungai. Ketika ada salah seorang prajurit yang menjatuhkan air minumnya, dilandasi semangat fastabiqul khairat, pasukan Muslimin berebut mencarikan tempat air itu. Demi melihat pemandangan ini dan betapa tinggi semangat perjuangan kaum Muslimin, para musuh gentar dan ketakutan.

Kesimpulannya adalah bahwa para Shahabat ra ajmain hubungannya begitu dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’aala sebab mengamalkan agama betul betul dengan memurnikan keTa’atan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala dengan mencontoh perikehidupan Sunnah Rasulullaah Shallalaahu alaihi wa salam.dan disertai keyakinan sepenuh hati yang tidak ada keraguan sedikitpun tentang kebenaran akan Janji Janji Allah Azza wa Jalla serta Rasulullaah shallalaahu alaihi wa salam. Sehingga manakala ummat akhir zaman memurnikan keta’atan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shllallaahu alaihi wa salam dan meyakini sepenuhnya dengan tidak menyisakan sedikitpun keraguan didalam hati akan kebenaran Perintah Allah Azza wa Jalla serta Sunnah Nabi Muhammad shalallaahu alaihi wa salam Pertolongan serta Perlindungan Nya akan selalu menyertai. In Syaa Allah