Dakwah Maksud Hidup


widgeo.net

Wednesday 30 December 2020

 

Rahasia kedekatan para Shahabat ra ajmain

dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Tidak ada hal mudah semudah beragama. Agama adalah sesuatu yang mutlaq wajib ada pada semua hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sudah menjadi Sunnatullah bahwa sesuatu yang sangat dibutuhkan dibuat sangat mudah oleh Allah Subhanahu wa Ta’aala. .Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan agama sebagai hal yang paling mudah dan tidak ada yang lebih mudah melebihi kemudahan dalam mengamalkan agama sebab agama paling dibutuhkan oleh ummat manusia baik didunia terlebih lebih nanti di alam akhirat. sehingga hakekatnya mengamalkan agama adalah hal paling mudah dalam kehidupan ini.

Sebuah pertanyaan mengapa para Shahabat sangat mudah sekali dalam mengamalkan agama Islam Pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para Shahabat ra ajmain sangat dekat sementara manusia akhir zaman seakan sangat sulit untuk mengamalkan agama Islam dan Pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita seolah masih sangat jauh sekali ?

Di Zaman Shahabat bahkan masalah kecil Allah Subhanahu wa Ta’ala cepat memberi bantuan. Pada zaman sekarang semuanya serba bermasalah mulai dari masalah ekonomi, masalah pendidikan, masalah kesehatan, masalah sosial maupun masalah politik seakan akan Pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala masih sangat jauh sekali . Mengapa semua ini bisa terjadi ???


Segala perbuatan yang didasari niat menta’aati Perintah Allah Subhanahu wa Ta’aala dan mengikuti Sunnah Rasulullah shallallaahu alaihi wa saalam bernilai agama. Intinya ketika seorang hamba memurnikan ketaatan hanya kepada Allah Subhanahu wa Taala dan sunnah Rasul shallaahu alaihi wa salam maka amalannya menjadi amal agama. Seperti misal makan dan minum yang asalnya perbuatan semua manusia bahkan hewan maupun tumbuh tumbuhan juga melakukan hal yang biasa ini. Dalam QS al-Bayyinah ayat 5, Allah SWT berfirman,

 

وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَعۡبُدُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوا الزَّكٰوةَ‌ وَذٰلِكَ دِيۡنُ الۡقَيِّمَةِ

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan ke pada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."

"Seluruh kehidupan ini adalah ibadah. Kegiatan amal itu ada macam-macamnya, tapi jika dikelompokkan berda sarkan niat maka menjadi dua. Ada yang karena Allah dan Rasul dan ada yang ditambah dengan tujuan lainnya,"

Dalam beribadah kepada Allah SWT maupun menjalankan kehidupan, niat menjadi hal utama. Selain niat, keikhlasan juga diperlukan agar segala usaha yang di lakukan menjadi lebih baik. Keberadaan niat harus disertai pembebasan dari segala keburukan, nafsu, dan keduniaan; harus ikhlas karena Allah. Ikhlas artinya memurnikan tujuan ber-taqarrub kepada Allah SWT dari hal-hal yang mengotorinya. Arti lainnya: menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Ikhlas adalah syarat diterimanya amal saleh yang dilaksanakan sesuai dengan sunah Rasulullah SAW.

Agama Islam merupakan agama yang bersih dari kesyirikan dan ria. Ikhlas menjadi kunci utama dalam menjalankan segala ibadah dan ketentuan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam hadis riwayat Abu Dawud dan an-Nasai dituliskan,

"Sesungguhnya Allah Subha nahu Wata'ala tidak menerima suatu amal kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharapkan wajah-Nya."

Keikhlasan juga disebut banyak dibahas dalam Alquran. Dalam QS al- An'am ayat 162, Nabi Muhammad SAW berkata,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam."


Ini menunjukkan keikhlasan dan kepasrahan yang dilakukan Rasulullah dalam menjalankan kehidupannya.

Suatu kelompok amal juga diawali dari niat. Siapa pun yang perbuatan hijrahnya betul-betul semata-mata karena Allah SWT dan Rasulnya, maka semua ibadah itu diterima oleh Allah SWT. Seseorang itu juga akan mendapatkan kenikmatan di dunia maupun akhirat. Namun, jika seseorang melakukan sesuatu karena dunia, ia akan mendapatkan dunia tanpa mendapatkan akhirat.

Shahabat ra ajmain didalam mengamalkan agama benar benar murni didalam hatinya hanya karena menTa’ati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam. Tidak ada didalam hati para Shahabat ra ajmin maksud maksud lainnya selain hanya ingin Ta’at sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mencontoh Sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Selalu dan selalu mengedepankan dan menjadikan dasar pijakan dalam mengamalkan agama 24 jam dalam sehari.

Didalam hati para Shahabat ra ajmain sepenuhnya yakin yang tanpa ada keraguan sedikitpun terhadap Janji Jani Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa salam. Karena keyakinan yang sangat kuat dan sempurna inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Pertolongan Nya dengan cepat. Sedangkan manusia akhir zaman dalam mengamalkan agama tidak semurni para Shahabat ra ajmain dalam hal ketaatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullaah shallalahu alaihi wa salam. Salah dalam menempatkan ketaatan yang seharusnya ke Ta’atan mutlaq hanya kepada Allah dan Rasul Nya sebagaimana ayat Al Qur’an

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Keyakinan para Shahabat ra ajmain

Ada sebuah kisah dari sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW, yaitu Ali bin Abi Thalib, tentang keutamaan sedekah. Sahabat Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai ahli sedekah sehingga berjuluk Imamul Masakin atau Pemimpin Orang-orang Miskin. Ia merupakan satu di antara 10 sahabat yang dijamin oleh Nabi Muhammad SAW akan masuk surga. Dalam Kitab Durratun Nasikhin fi Al-Wa’dzi Wa Al-Irsyad karya Syekh Usman al-Khaubari, dijelaskan kisah teladan Ali bin Abi Thalib dalam bersedekah.

Dikisahkan oleh Ka’ab bin Akhbar: Suatu hari Fatimah Zahra, istri Ali bin Abi Thalib, putri Rasulullah sakit. Ali pun bertanya kepada Fatimah.

“Wahai istriku, engkau ingin buah apa?”


“Suamiku, aku ingin buah delima,” jawab Fatimah. Ali terdiam sejenak. Sebab, ia merasa tidak memiliki uang sepeser pun untuk membeli delima. Ali memang menantu dari Rasulullah namun ia terbiasa hidup sederhana. Kemudian dia pun berusaha mencari pinjaman uang satu dirham. Setelah mendapat pinjaman itu, Ali pergi ke pasar membeli delima dan segera kembali pulang. Di tengah perjalanan pulang, Ali melihat seorang tua yang tergeletak di pinggir jalan dalam keadaan sakit. Ali pun menghampirinya.

 “Wahai orang tua, apa yang diinginkan hatimu?”

“Wahai Ali, sudah lima hari aku tergeletak sakit di tempat ini. Banyak orang berlalu lalang tapi satu pun tak ada yang mau peduli padaku. Padahal hatiku ingin sekali memakan buah delima,” jawab orang tua itu.

Mendengar jawaban itu Ali terdiam. Dalam hati Ali berkata, “Buah delima ini sengaja aku beli untuk istriku. Jika aku beri kepada orang tua ini, Fatimah pasti sedih sekali. Namun apabila tidak aku berikan, berarti aku tidak menepati firman Allah.” Ali lantas teringat ayat Allah SWT.

وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ - ١٠

Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya).

(QS. Ad Dhuha:10)

Ali pun memutuskan untuk memberikan buah delima itu kepada orang tua tersebut. Sampai di rumah, Ali menceritakan peristiwa itu kepada Fathimah. Setelah mendengar penuturan suaminya, Fatimah merangkul dan mendekap Ali.

“Demi Allah yang Maha Perkasa dan Maha Agung, ketika engkau memberikan delima kepada orang tua itu, maka puaslah hatiku dan lenyaplah keinginanku pada buah delima itu,” kata Fatimah.

Dengan wajah yang cerah, Ali merasa sangat gembira mendengar penuturan istrinya. Tidak lama kemudian, datang tamu mengetuk pintu.

“Siapakah Tuan?” tanya Ali.

“Aku Salman Al Farisi,” jawab orang yang mengetuk pintu.

Setelah dibuka, Ali melihat Salman membawa sebuah nampan tertutup. Nampan itu diletakkan di depan Ali.

“Dari manakah nampan ini, wahai Salman?” tanya Ali.

“Dari Allah SWT untukmu melalui perantaraan Rasulullah SAW,” jawab Salman. Setelah penutup nampan dibuka, terlihat di dalamnya sembilan biji buah delima. Melihatnya Ali langsung berkata.

“Hai Salman, jika ini memang untukku, pasti jumlahnya sepuluh.”

Kemudian Ali membacakan firman Allah SWT.

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

” (QS. Al An’am : 160)

Salman pun langsung tertawa sambil menyodorkan sebutir delima di tangannya.

“Wahai Ali, Demi Allah, sandiwaraku ini hanya sekedar menguji sejauh mana keyakinanmu terhadap firman Allah yang engkau bacakan tadi,” ucap Salman yang lantas mohon izin pulang.

Begitulah kisah sedekah buah delima Ali bin Abi Thalib yang meyakini balasan pahala sepuluh kali lipat dari Allah.

Kisah Pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Di antara cerita kepahlawanan Sa'ad yang lainnya adalah ketika pasukan Muslimin yang sedang dipimpinnya teradang Sungai Tigris. Kala itu, umat Islam akan membebaskan Irak. Padahal, wilayah itu belum banyak dikenal oleh kaum Muslimin umumnya yang berasal dari Jazirah Arab.

Alih-alih mundur, Sa'ad memerintahkan pasukannya untuk terus menyeberangi sungai demi menyukseskan jihad ini. Berkatalah ia kepada pasukan, "Bacalah Hasbunallahu wa ni'mal wakiil."

kemudian dikerahkan kudanya menerjuni sungai yang diikuti orang-orang setelahnya. Maka, berduyun-duyun pasukan Muslim menyeberangi sungai. Ketika ada salah seorang prajurit yang menjatuhkan air minumnya, dilandasi semangat fastabiqul khairat, pasukan Muslimin berebut mencarikan tempat air itu. Demi melihat pemandangan ini dan betapa tinggi semangat perjuangan kaum Muslimin, para musuh gentar dan ketakutan.

Kesimpulannya adalah bahwa para Shahabat ra ajmain hubungannya begitu dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’aala sebab mengamalkan agama betul betul dengan memurnikan keTa’atan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala dengan mencontoh perikehidupan Sunnah Rasulullaah Shallalaahu alaihi wa salam.dan disertai keyakinan sepenuh hati yang tidak ada keraguan sedikitpun tentang kebenaran akan Janji Janji Allah Azza wa Jalla serta Rasulullaah shallalaahu alaihi wa salam. Sehingga manakala ummat akhir zaman memurnikan keta’atan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shllallaahu alaihi wa salam dan meyakini sepenuhnya dengan tidak menyisakan sedikitpun keraguan didalam hati akan kebenaran Perintah Allah Azza wa Jalla serta Sunnah Nabi Muhammad shalallaahu alaihi wa salam Pertolongan serta Perlindungan Nya akan selalu menyertai. In Syaa Allah

 

Thursday 27 August 2020

Mensyukuri nikmat akal fikiran

 

Mensyukuri nikmat akal fikiran

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ

“Kami telah menjadikan untuk isi neraka Jahanam, kebanyakan dari manusia dan jin. Mereka mempunyai hati (akal), tetapi tidak digunakan untuk berfikir. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat. Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih hina lagi, Mereka itulah orang-orang yang lalai. “(QS. Al-A’râf [7]: 179).

Allah SWT tidak henti hentinya memberi hidayah kepada ummat manusia serta memberi semua fasilitas fasilitas dan kemudahan juga pertolongan  Nya namun tidak semua manusia mau menerima hidayah tidak semua mau mengusahakan hidayah tidak semua manusia mau memahami hidayah dari Nya. Tiidak semua manusia mau untuk bergerak mendekati Nya tidak semua manusia mau memanfaatkan semua fasilitas dari Allah SWT untuk kebajikan.








Sebagaimana contoh rizqi yang diberikan Allah SWT ada sebagian manusia memanfaatkan untuk ketaatan namun tidak sedikit manusia yang menggunakan untuk berbuat kemaksiatan. Kesehatan yang diberikan Allah SWT sebagian manusia memanfaatkan untuk beribadah kepada Allah SWT akan tetapi banyak juga yang menyia nyiakan . Ilmu yang Allah SWT telah limpahkan ada sebagian yang dimanfaatkan untuk disampaikan dan diamalkan tetapi ada juga yang disimpan sendiri tidak ada keinginan untuk menyampaikan dengan alasan malas, tidak ada waktu atau alasan lainnya.

Fungsi akal untuk membedakan mana yang benar mana yang salah mana yang buruk mana yang baik mana yang menyelamatkan mana yang membawa kebinasaan. Inilah ni’mat dari Allah SWT yang hanya diberikan kepada manusia sebab manusia dipilih sebagai Khalifah di muka bumi ini. Dengan akal yang Allah SWT anugerahkan diharapkan manusia mampu memilih jalan yang benar diantara jalan yang sesat, mampu memilih yang menuju kepada kebahagiaan diantara yang menuju kepada kesengsaraan mampu memilih yang menuju keselamatan daintara yang menuju kepada kebinasaan.

''Dari Ibnu Mas'ud RA, katanya, 'Rasulullah SAW telah bersabda kepadaku,

“Tahukah kamu, siapakah orang yang paling cerdas itu?' Maka kujawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasul menjelaskan, 'Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling awas melihat kebenaran di kala manusia gemar berselisih paham, meskipun amal perbuatannya minim, meskipun ia hanya bisa merangkak di atas kedua tumit kakinya. Masyarakat bani Israil terpecah ke dalam 72 kelompok. Tiga dari sekian banyak kelompok itu akan selamat, sedangkan sisanya akan celaka'.''

Hadis Nabi yang dikisahkan dari Ibnu Umar, Rasulullah saw bersabda:                                       

أَفْضَلُ الْمُؤْمِنِينَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُم لِلمَوتِ ذِكْرًا وَ أَحْسَنُهُم لَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاس

 Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang yang berakal.”

Orang cerdas memikirkan dan mempersiapkan kematian seakan-akan ia meninggal pada esok hari. Karena itu mereka bersungguh-sungguh melakukan kebaikan dan ketakwaan. Ketika kematian disebutkan, mereka terdiam seakan-akan mereka sedang menghadapinya, mereka mengeluhkan betapa kurangnya persiapan untuk berjumpa dengan kematian.

Dengan begitu, orang cerdas yang macam ini akan terus berada di jalan-Nya. Sekali saja ia melanggar aturan Allah, ia akan teringat kembali akan bayang-bayang kematian yang siap menjemputnya. Sebab itulah ia tidak terlalu sering berada dalam puncak kebahagiaan, sebab yang sering diingatnya adalah kematian. Hal tersebut senada dengan hadis Nabi yang berbunyi:


Mengingat mati adalah ibadah yang sangat dianjurkan.

 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.

 

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi.

 

Orang yang cerdas dengan orang yang pandai berbeda. Orang yang pandai belum tentu cerdas orang yang cerdas sudah pasti orang pandai.  Orang yang cerdas adalah orang yang memikirkan bekal keidupan di akhirat sedangkan orang yang bodoh hanya memikirkan kesenangan semata didunia.

Kisah Raja yang memberikan kesempatan kepada pemuda untuk menggantikan sementara selama 3 tahun dan kemudian dibuang ke sebuah hutan. Orang yang tidak menggunakan akalnya hanya bersenang senang saja selama waktu yang sangat singkat 3 tahun tetapi kemudian dia dibuang didalam hutan benlantara yang banyak binatang buasnya sementara orang yang cerdas selama 3 tahun dia telah mempersiapkan tempat pembuangan nya nanti untuk dijadikan istana baru maka saat 3 tahun berlalu hutan tersebut telah berubah menjadi istana yang sangat megah mewah.

Al-Qur’an tidak saja menganjurkan penggunaan akal, tetapi juga mengecam yang tidak menggunakannya untuk meraih ilmu dan hikmah. Ini antara lain terbaca dalam firman-Nya pada QS. Az-Zumar ayat 9:

"Apakah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dalam keadaan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya orang yang dapat menarik pelajaran adalah Ulu al-Albab."

Allah  swt.,  menganugerahkan  akal  sebagai  kelebihan manusia  dibanding  dengan 


makhluk-makhluk-Nya  yang  lain.  Dengan  menggunakan akalnya  manusia  dapat  membuat  hal-hal  yang  dapat  mempermudah  urusan  mereka  di dunia.  Tetapi  segala  yang  dimiliki  manusia  sudah  tentu  ada  keterbatasan-keterbatasan sehingga   ada    batas-batas   yang   tidak   boleh   dilewati.   Meskipun   Islam   sangat memperhatikan  dan  memuliakan  akal,  tetapi  tidak  menyerahkan  segala  sesuatu  kepada akal, bahkan Islam membatasi ruang lingkup akal sesuai dengan kemampuannya, karena akal  terbatas  jangkauannya,  tidak  akan  mungkin  bisa  menjangkau  hakekat  segala sesuatu. Maka Islam menundukkan akal terhadap Wahyu dan Sunnah Nabi saw., artinya di dalam segala hal wahyu dan sunnah harus di dahulukan

Manusia diberi kekuasaan dan kebebasan untuk memilih apa saja yang telah ditetapkan Allah SWT dengan bekal akal dan petunjuk dari Allah SWT serta fasislitas dan Pertolongan dari Nya berupa datangnya para Nabi Rasul dan para Shahabat ra ajmain serta para Ulama Ulama pewaris para Nabi dan lain lainnya

Allah SWT menciptakan makhluq diantaranya adalah golongan Jin Malaikat dan Manusia. Golongan Jin khususnya iblis laknatullah alaih memilih untuk menentang perintah Allah SWT yakni enggan bersujud menghormati Nabi Adam as sedangkan Malaikat tidak ada pilihan kecuali hanya taat kepada Allah SWT sejak diciptakan sampai hari kiamat sedangkan manusia diberi kekuasaan dan kebebasan untuk taat atau tidak taat bahkan menentang seperti iblis laknatullah alaih. Maka masing masing akan dimintai pertanggung jawabannya atas pilihannya tersebut.

Demikian juga QS. Ali-Imran ayat 7:menyebutkan manusia yang ada kecenderungan kepada hawa nafsu dengan akal akalannya bahkan menafsir nafsirka ayat ayat al Qur’an sesuai hawa nafsunya saja.


Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad SAW). Di antara ayat-ayat(nya) ada yang mukhamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an, dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan kepada kesesatan, maka mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh apa (ayat-ayat) yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (kekacauan dan kerancuan berpikir serta keraguan di kalangan orang-orang beriman) dan untuk mencari-cari ta’wilnya (yang sesuai dengan kesesatan mereka), padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: 'Kami beriman dengannya (al-Qur’an), semua dari sisi Tuhan Pemelihara kami'. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan Uli al-Albab."

Untuk meraih hal-hal di atas, maka akal harus difungsikan. Dalam konteks memfungsikannya, al-Qur’an sekali menggunakan kata yatafakkarun. Kali lain menggunakan ya’qilun. Kali ketiga memakai yatadabbarun, selanjutnya yatadzakkarun, dan lain-lain. Semuanya mengarah pada upaya memfungsikan akal guna meraih pengetahuan atau pengetahuan dan hikmah, bahkan guna meraih rusyd yang menjadikan peraihnya dinamai Ulu al-Albab atau ar-Rasikhun fi al-Ilm (orang yang mantap dalam pengetahuannya).

Di samping itu, al-Qur’an menggarisbawahi perlunya menghindari hal-hal yang dapat menghambat akal untuk berpikir lebih jernih dan beramal lebih baik. Kecaman al-Qur’an terhadap mereka yang mengikuti tradisi leluhur tanpa dasar ilmu merupakan salah satu contoh dari penekanan kitab suci ini menyangkut pentingnya penggunaan akal.

Memang, kaum muslim dituntut untuk percaya, tetapi kepercayaan yang harus didukung oleh ilmu dan dikukuhkan oleh hati yang suci, bukan sekadar percaya atas dasar pengalaman dan pengamalan leluhur. Bertebaran ayat yang mengandung makna ini, antara lain Q.S. Al-Baqarah ayat 170:

Apabila dikatakan kepada mereka (oleh siapa pun): 'Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,' mereka menjawab: '(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari perbuatan nenek moyang kami.'

Dengan uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa akal yang dimaksud oleh al-Qur’an adalah akal yang mengantar manusia meraih pengetahuan dan hikmah serta mengantarnya menuju akhlak luhur serta pemeliharaan kesucian nurani.

Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).

Sikap Nabi SAW, bahkan ucapan-ucapan beliau pun, menunjukkan kedudukan akal yang sangat penting. Perhatikanlah, antara lain dialog beliau dengan Mu’adz bin Jabal RA, yang beliau tugaskan ke Yaman untuk menangani urusan kaum Muslim di sana.

Nabi bertanya kepadanya: “Atas dasar apa engkau memutuskan perkara jika engkau harus memutuskan?”

Mu’adz menjawab: “Aku memutuskan berdasarkan apa yang terdapat dalam kitab Allah/ al-Qur’an.”

Nabi kembali bertanya: “Kalau engkau tidak menemukan di sana?”

 “Dengan Sunnah Nabi SAW,“ jawab Mu’adz.

 “Kalau di Sunnah Nabi pun engkau tidak temukan?” tanya Nabi lagi.

Mu’adz menjawab: “Aku berijtihad/berusaha dengan sungguh menggunakan akalku tidak berlebih (dalam berijtihad).”

Mendengar jawabannya, Nabi SAW mengetuk dengan telapak tangan beliau ke dada Mu’adz pertanda memberi persetujuan beliau. Lalu Nabi bersabda:

Segala puji bagi Allah yang telah membimbing utusan Rasulullah menuju apa yang diridai Rasulullah (HR. Ahmad, Abu Daud. Dan at-Tirmidzy).

Wednesday 15 July 2020

Menjadikan masalah sebagai energi dalam beramal


Menjadikan masalah sebagai energi dalam beramal

Tidak pernah sia sia Allah SWT menciptakan semua makhluq sehingga nyamuk , bakteri atau virus sekalipun pasti ada manfaatnya. Obat obatan pengusir nyamuk pabrik farmasi serta fasilitas fasilitas kesehatan lainnya begitu banyak menyerap tenaga kerja sehingga menjadi sebab rizqi yang tidak bisa diabaikan. Bahkan syaithon iblis laknatullah alaih juga diciptakan ada maksud tersendiri yang tidak mungkin bisa dilenyapkan keberadaannya tanpa membawa dampak dampak serius lainnya. Nabi Sulaiman as pernah mencoba memenjarakan iblis laknatullaah alaih yang Beliau kira sebagai sumber masalah. Namun apa yang terjadi kemudian setelah iblis laknatullah alaih dipenjara ternyata semua manusia tidak ada lagi semangat hidup tidak ada lagi aktifitas kehidupan , adanya ketakutan akan kematian semata yang pada akhirnya berhenti semua aktifitas kehidupan baik jual beli, produksi barang barang keperluan sehari hari dan lain sebagainya. Kemudian Nabi Sulaiman as melepas lagi iblis laknatullah alaih dan kehidupan kembali normal lagi dengan segala konsekuensinya.
Demikian juga masalah masalah yang diciptakan Nya dalam kehidupan adalah sesuatu hal yang wajib ada sebagai sarana ujian bagi ummat manusia. Begitu pelik rumit dan seolah tiada henti hentinya masalah demi masalah silih berganti namun itulah bagian dari Kehendak Allah SWT dan semua yang menjadi Kehendak Kehendak Allah SWT pasti terkandung hikmah yang sempurna didalamnya. Tak bisa dibayangkan hidup tanpa ada masalah sedikitpun maka akan terasa hampa serta membosankan dan jenuh.hidup yang tanpa ada masalah sedikitpun. Hidup tetapi seakan akan mati sebab tidak ada apa apanya.
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS Ali Imran ayat 191)
Masalah masalah akan memicu kita lepas darinya. Lalu secara otomatis segenap usaha dilakukan agar bisa lepas dari masalah mulai dari berfikir bertindak berdoa sampai berjuang demi mendapatkan kebebasan dari semua masalah. Sesungguhnya tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan Yang Maha Mengetahui akan jalan keluar serta Maha Kuasa melepaskan masalah seseorang ataupun ummat manusia hanya Allah SWT. Amal amal agama adalah solusi satu satunya terhadap semua masalah kehidupan baik didunia maupun solusi masalah di alam akhirat nanti. Sehingga ummat beragama akan tergerak dan bersemangat mengerjakan amal amal agama jika dihadapkan kepada suatu masalah yang Allah SWT Ciptakan. Allah SWT bukan membenci hambanya bukan hendak mempersulit hidup ummat manusia dengan ciptaannya ( masalah ) itu melainkan agar semakin semangat beramal agama sebab yang penting adalah manusia mengamalkan agama.
Meski musibah yang datang namun ketika dengan musibah itu menjdikan seseorang semakin dekat dengan Allah SWT semakin meningkatkan ketaqwaannya semakin memperbanyak amal amal agama itulah sesungguh sungguhnya nikmat dari Nya. Sebaliknya bahkan ketika kesenangan datang kemudahan datang namun menjadikan seseorang semakin jauh dari Nya semakin lalai dengan segala kenikmatan itu dan bahkan menjadikannya banyak berbuat maksiat maka itulah sebenar benarnya musibah ! Ringkasnya musibah ataukah karunia nikmat bukanlah yang nampak dzahir yang menimpa seseorang melainkan bagaimana dia menyikapi semua itu. Bila disikapi dengan pendekatan kepada Allah SWT dengan amalan amalan agama yang sempurna itulah kenikmatan luar biasa sedangkan bila disikapi sebaliknya dengan semakin menjauh dari Allah SWT semakin banyak berbiuat kemaksiatan itulah musibah yang sebenar benarnya
Disinilah arti penting masalah masalah bagi kehidupan beragama. Akan semakin menyemangati dalam beramal semakin memicu menuju kesempurnaan dalam beramal. Setiap kali ada masalah setiap kali itu pula semakin semangat dalam beramal dengan sesempurna mungkin. Jadi justru dengan adanya masalah masalah dalam kehidupan sesungguhnya bagi orang tertentu merupakan energi yang luar biasa dalam memberikan dorongan semangat dalam beramal semakin sempurna.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan [At-Taubah : 105].
Yang lebih hebat lagi justru seseorang beramal tidak menunggu ada masalah dulu untuk memicunya tetapi selalu bersemangat terus untuk senantisa menyempurnakan amal . Ada atau tidak ada masalah tidak berpengaruh melainkan tetap saja beramal menuju kesempurnaan. Dan sebaik amal amal agama adalah mengerjakannya semata mata karena memang\ Allah SWT Memerintahkan dan sebagaimana itulah Rasulullah saw telah mencontohkannya. Manusia manusia yang paling tinggi derajadnya di sisi Allah SWT mendapatkan RidhoNya adalah para Shahabat ra ajmain yang melaksanakan apapun yang diperintahkan Allah SWT dan mencontoh apapun yang dikerjakan Rasulullah saw. Baru kemudian dari niat yang sempurna itu bolehlah diniatkan lain lain selama masih dalam ajaran agama ada nash Al Qur’an dan ada hadistnya dari Rasul saw. Contohnya seseorang membaca surat al Waqiah niat semata mata mendapat Ridho Allah SWT namun kemudian ada tambahan memperoleh rizqi itu sebagai bonus yang juga diajarkan Rasul saw. Seandainya seorang hamba telah berdoa bertahun tahun akan tetapi belum juga dikabul maka sesungguhnya hal itu tidak menjadi masalah karena doa adalah perintah dari Allah SWT dan Rasulullah saw juga mencontohkan dalam semua hal selau berdoa maka murnikan semurninya amalan agama tersebut hanya karena melaksanakan Perintah Allah SWT dan mengikut Sunnah Rasul saw. Ada atau tidak ada setelahnya berupa pengkabulan doa itu terserah Allah SWT sebab hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui kebaikan buat kita, kapan saatnya yang terbaik untuk ijabahnya doa dan lain lain. Yang wajib kita tanamkan dalam hati kita adalah yakin seyakinnya yang tidak ada keraguan sedikitpun didalam hati ini bahwa hanya dan hanya dengan amal agama akan menyelesaikan semua masalah dengan cara Nya.

Teruslah berusaha untuk senantiasa memurniakan amalan agama hanya niat mengamalkan perintah perintah Allah SWT dan dengan mengikuti Sunnah Rasul saw selebihnya tawaqal sepenuhnya kepada Nya Azza wa Jalla. Inilah pentingnya seorang mukmin menuntut ilmu ilmu agama semenjak dari ayunan sampai liang lahat, baik laki laki maupun perempuan, jika memang harus dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh sekalipun ( ke negeri china ) tetap kita datangi untuk memastikan bahwa apa yang sedang kita kerjakan ada dasarnya dari Kitab Suci Al Qur’an dan As Sunnah serta keterangan keterangan dan penjelasan penjelasan dari para Ulama karena Ulama lah pewaris Nabi yang faham mengenai agama.
Dengan senantiasa memurnikan pengamalan agama dan yakin seyakinnya yang tidak pernah ragu sedikitpun In syaa Allah semua hajat hajat kita akan segera ditunaikan Allah Azza Wa Jalla.
Kunjungi kami di drtamtomo.blogspot.com/  Jazakallooh

Wednesday 24 June 2020

BAGAIMANA MENGATASI PENYAKIT HATI DALAM AMAL AGAMA ?


Bagaimana mengatasi penyakit hati dalam amal agama ?

Tidak ada hal yang lebih mudah didalam hidup ini melebihi kemudahan dalam mengamalkan agama. Allah SWT Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang telah memudahkan sedemikian rupa agama Islam sehingga siapapun tanpa terkecuali pasti dapat amalkan agama dengan sangat mudah semudah mudahnya. Sebab agama adalah hal paling penting dalam kehidupan ummat manusia hal yang mutlak harus ada dalam hidup didunia ini maka sudah menjadi sunnatullah bahwa segala sesuatu yang sangat penting paling penting dibuat sangat mudah bahkan paling mudah untuk mendapatkannya atau untuk mengamalkannya.


Apakah agama itu ? Agama adalah keseluruhan perintah perintah Allah SWT yang telah dibawa Rasul saw dengan contoh yang diberikan Rasul saw dalam keseharian 24 jam. Sehingga manakala kita sudah meyakini bahwa hal ini adalah perintah dari Allah SWT dan sudah jelas jelas Rasul saw mencontohkannya maka tinggal diamal saja. Mudahkan diri kita untuk senantiasa taat kepada Allah SWT dan mudahkan diri kita untuk selalu menjalani kehidupan sesuai sunnah Rasul saw atau dalam istilah agamanya kita sebagai orang yang beriman konsekuensinya yaitu Sami’na wa Atho’na , saya dengar dan saya taati.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

“Hanyasanya ucapan kaum mu’minin, apabila mereka diseru kepada jalan Allah dan RasulNya untuk memberikan hukum di antara mereka itu ialah mereka itu mengucapkan: “Kita semua mendengarkan dan mentaati.” Mereka itu adalah orang-orang yang berbahagia.” (an-Nur: 51)

Maka jangan pernah ragu ragu dan jangan pernah takut takut apapun perintah Allah SWT dan sunnah Rasul saw kita kerjakan saja. Keragu raguan dan ketakutan hanyalah dari gangguan syaithon. Apabila kita berusaha memudahkan diri untuk senantiasa taat kepada peruintah perintah Allah Azza wa Jalla dan berusaha selalu mengikuti perikehidupan dari Rasulullah saw in syaa Allah akan dimudahkan segala urusan urusan kita baik didunia ini maupun di akhirat kelak.

Dalam setiap amal agama ada tiga hal yang Allah SWT simpan didalamnya meliputi hidayah atau petunjuk Nya, pertolongan Nya serta ampunan dosa dosa. Semua amalan agama jika dikerjakan pasti mendatangkan ketiga hal tersebut di atas sekecil apapun amal agama jika dikerjakan dengan penuh kesungguhan serta sepenuh keyakinan. Maka hendaknya jangan pernah menyepelekan amalan agama sekecil apapun sebab boleh jadi amalan yang nampak sederhana ringan dikerjakan seakan akan amalan yang tidak ada apa apanya ternyata menjadikan sebab hidayah bagi ummat manusia, sebab datangnya pertolongan dari Allah azza wa jalla dan ampunan bagi dosa dosa kita baik disengaja maupun yang tidak disengaja baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Misal amal agama yang kita anggap besar tanpa disadari ternyata salah niat bukan mengharap ridho Allah SWT melainkan ada pengharapan yang lain. Ada terbetik riya ujub bahkan ketakaburan merasa lebih baik lebih benar dari amalan orang lain apalagi merasa paling baik dan paling benar amalan agamanya. Dosa dosa dari amalan yang kita kira amalan yang besar boleh jadi terhapus oleh hanya amalan yang kita anggap amalan kecil

Memang benar ada penyakit penyakit yang mungkin akan timbul menyertai amalan agama seperti salah niat, ujub, riya sombong dan lain sebagainya.  Jangan takut penyakit penyakit hati tersebut obatnya justru dengan kita amalkan agama ini dengan istiqomah bukan malah berhenti beramal. Sebab bagaimana pun perintah perintah Allah SWT wajib dikerjakan dan sunnah sunnah Rasul saw wajib dihidup hidupkan dalam keseharian. Dengan amal agama yang kita kerjakan secara istiqomah akan mendatangkan kecintaan Allah SWT walau amal yang kecil dan ringan.

أَحَبَُ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

 “Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (HR Muslim)

Secara ringkas bahwa hal yang paling mudah dan tidak ada yang melebihi kemudahannya adalah amal agama sebab agama paling penting dan mutlak harus ada dalamkehidupan maka Allah SWT telah memudahkan agama dengan semudah mudahnya untuk dapat
diamalkan siapa saja ummat manusia. Ketika kita yakin itu perintah Allah SWT dan sudah jelas sedemikian rupa contoh dari Rasul saw maka bagi orang beriman prinsipnya adalah sami’na wa atho’na jangan pernah ragu dan takut untuk mengerjakannya. Memudahkan diri untuk taat dan ikut sunnah Rasul saw akan dimudahkan kehidupannya dunia dan akhirat. Jangan pernah ragu karena dalam setiap amal agama tersimpan hidayah, pertolongan serta ampunan dan jangan pernah takut karena munculnya penyakit penyakit ruhani justru solusinya dengan istiqomah amalkan agama dan jangan pernah menyepelekan amal agama sekcil apapun. In syaa Allah semua amal amal agama kita semoga diterima semuanya dengan penuh ridho Nya, aamiin aamiin aamiin ya Rabbal aalamiin.
Niat amal dan sampaikan kepada siapa saja sampai kapanpun juga.In syaa Allah.


Friday 19 June 2020

Kebahagiaan hanya dalam amal agama yang sempurna


Kebahagiaan hanya dalam amal agama yang sempurna

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap insan menginginkan kehidupan yang bahagia jauh dari kesengsaraan walaupun hanya  sesaat walaupun hanya setitik kesengsaraan. Terbukti banyak manusia berbondong bondong mencari cari sumber bahagia dengan berusaha memperoleh harta , jabatan pangkat kekuasaan serta mendatangi tempat tempat yang bisa memberikan perasaan bahagia baik di tepi tepi pantai dipuncak puncak gunung di tempat tempat hiburan dan lain sebagainya untuk bisa merasakan kebahagiaan dan menghilangkan kesengsaraan selama lamanya
Akan tetapi nyatanya terbukti bahwa setelah harta diperoleh, pangkat jabatan didapat, kekuasaan di raih tak juga hadir bahagia dalam kehidupannya. Berbagai tempat telah dikunjungi dari yang tertinggi sampai dasar laut sekalipun mulai ujung paling barat sampai ujung paling timur, utara dan selatan hasilnya tetap nihil. Kalaupun dikatakan kebahagiaan hanya semu dan sifatnya sementara. Setelah diperoleh semuanya setelah dikunjungi semuanya tetap saja tidak puas bahkan setelah itu justru kesengsaraan yang bertubi tubi menghinggapi perasaannya.

Memang kebahagiaan letaknya bukan dimana mana bukan di apa apa melainkan kebahagiaan letaknya didalam hati yang paling dalam sehingga ketika berusaha mendapatkan arti kebahagiaan dari segala sesuatu yang berasal dari luar hati tidak akan pernah ketemu, sia sia saja ! Kebahagiaan adalah suatu kenikmatan puncak yang hanya Allah SWT sajalah yang Maha Kuasa memberikan kepada siapa saja yang di Kehendaki Nya. Nikmat kebahagiaan dengan Rahman dan Rachim Allah SWT diberikan kepada siapa saja sebab sifat Adil Allah Azza wa Jalla. Kaya miskin raja rakyat jelata semua bisa hidup bahagia karena kebahagiaan hidup merupakan kebutuhan dasar mutlak dan tanpa kecuali serta tidak bisa dibatasi waktu. Lalu apakah kebahagian yang hakiki dan kebahagiaan yang kekal itu ?

Tiada kebahagian melebihi kebahagiaan mendapatkan kerihoan Alloh SWT dan ditempatkannya kita dalam syurga, selain itu adalah kebahagiaan semu sementara yang akan berujung kesengsaraan selama lamanya.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30).

Keridhoan Allah Azza Wa Jalla dengan taatnya hamba hamba kepada segala gala perintah perintah Nya mengikut contoh yang diberikan Kekasih Nya Muhammad Rasulullah saw. Segenap perintah perintah Allah SWT dengan sunnah Rasul saw dalam keseharian itulah agama Islam yang sempurna. Karena semua ummat manusia tanpa kecuali mutlak berhajat kepada kehidupan yang berbahagia maka kewajiban ummat Islam untuk saling mengingatkan dan saling ajak mengajak kepada hamba hamba Allah SWT mengenai pentingnya amal agama dimanapun dan sampai kapanpun. Oleh karena itu mari amalkan agama Islam secara sempurna dengan ikut cara Nabi Muhammad SAW, serta ajak semua manusia untuk sama-sama meraihnya.  Maka kita pasti kita akan diberikan kebahagian oleh Alloh SWT .

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Kunci kebahagiaan hanya ada didalam ketaatan kepada Allah SWT dan hidup secara sunnah Rasul saw dan akan semakin ditingkatkan serta disempurnakan dengan kebahagiaan yang hakiki serta kekal abadi selama lamanya di alam akhirat kelak dengan saling ajak mengajak atau berdakwah. Dakwah adalah mengajak maka menjadi kewajiban setiap muslim siapapun meski bukan Ulama bukan penghafal Qur’an  ataupun Hadis, baru mengetahui satu ayat saja wajib untuk disampaikan.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Sebagaimana para Shahabat ra ajmain dahulu mereka adalah manusia biasa bukan Nabi bukan Rasul melainkan hanya hamba hamba Allah SWT ada diantara mereka yang alim namun tidak sedikit yang awam , ada yang berprofesi sebagai saudagar kaya raya banyak pula yang bahkan tidak memiliki mata pencaharian ada yang punya kedudukan dan rata rata mereka bukan siapa siapa. Tetapi berkat bimbingan Rasul saw serta pengorbanan pengorbanan dari para Shahabat ra ajmain mereka telah mencapai kebahagiaan yang hakiki kebahagiaan yang sempurna yaitu ridho dan diridhoi Allah Azza wa Jalla.

Dari ‘Abbas bin Abdul Muththalib, Rasulullah SAW bersabda,

“Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta Muhammad sebagai nabi dan rasulnya." (HR Muslim).

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ

Mereka yang ridha kepada Allah maka Allah pun meridhai mereka (QS al-Mujadalah: 22).

Maka kenikmatan tertinggi Allah SWT simpan dalam keridhoan Nya dan keridhoan Nya Allah SWT letakkan dalam ketaatan seorang hamba kepada Nya dan cara hdup sesuai sunnah Rasul saw .
Mari amalkan agama dengan sempurna dan ajak semua ummat manusia dimanapun dan sampai kapanpun untuk bahagia dunia dan bahagia akhirat. In syaa Allah