Dakwah Maksud Hidup


widgeo.net

Monday 23 October 2017

Menuju perubahan kearah perbaikan diri.



Perubahan yang dimaksudkan dan diinginkan oleh hamba hamba Allah SWT adalah perubahan kearah kebaikan, perubahan bukan hanya pada segi materi semata namun juga perubahan yang sampai mendasar hingga ke dalam jiwa sanubari. Perubahan yang dimaksudkan tersebut hanya akan terjadi atas Kehendak Allah SWT, dengan Kekuasaan Allah SWT. Tanpa itu maka bisa jadi perubahannya justru menuju kearah keburukan, perubahan yang semata mata materi saja bukan perubahan yang semakin menyempurnakan jiwa.

Allah SWT menciptakan kehidupan di dunia dengan aturan aturan Nya yang disebut dengan Sunnatullah. Segala sesuatu berjalan mengikuti Sunnatullah, demikian pula perubahan perubahan di alam ini berjalan mengikuti aturan Allah SWT. Perubahan yang ada di alam semesta ini tidak langsung saja terjadi melainkan melalui perubahan dari manusia itu sendiri. Ketika manusia masih tetap taat menjalankan perintah perintah Allah SWT tidak melanggar aturan aturan agama maka selama itu Allah SWT akan tetap melimpahkan Karunia Nya berupa kenikmatan kenikmatan hidup baik berupa kenikmatan dzahir maupun kenikmatan bathiniyah. Namun begitu manusia merubah dirinya dengan semakin menjauh dari Allah SWT semakin tidak taat dengan perintah perintah Nya maka Allah SWT pun merubah keadaan keadaan yang ada pada diri manusia dan alam ini.

 
Ayat di atas ditafsiri oleh ulama bahwa perubahan yang dimaksud adalah perubahan jiwa jiwa manusia. Artinya jika hamba hamba Allah SWT mampu merubah jiwa jiwanya maka Allah SWT akan merubah keadaannya.
Keadaan jiwa, adalah jiwa yang masih dalam tingkat keadaan ‘jiwa yang mengajak pada keburukan’ (nafs ammarah bis su’) atau ‘jiwa yang terombang ambing antara perbuatan dan penyesalan’ (nafs lawwamah), diangkat naik menjadi jiwa yang tinggi, jiwa yang tenang (nafs mutma’innah).
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak merubah keadaan suatu kaum yang berada dalam kenikmatan dan kesejahteraan, sehingga mereka merubahnya sendiri. Juga tidak merubah suatu kaum yang hina dan rendah, kecuali mereka merubah keadaan mereka sendiri. Yaitu dengan menjalankan sebab-sebab yang dapat mengantarnya kepada kemulian dan kejayaan. Inilah yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

إنَّ اللهَ لا يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّى يُغَيّرُوْا مَا بِأنْفُسِهِمْ
(QS. Ar-Ra’ad ayat 11)

Dalam ayat yang mulia ini terkandung penjelasan, bahwasanya semua perkara di seluruh dunia ini terjadi dengan taqdir dan perintah-Nya. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan sunnah- sunnah kauniyah dan syari’at dalam merubah nasib suatu kaum. Sehingga umat yang menjalankan sunnah-sunnah kauniyah dan syari’at untuk kejayaan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala merubahnya menjadi jaya. Demikian juga sebaliknya, apabila mereka menjalankan sunnah-sunnah Allah untuk kerendahan dan kehinaan, maka Allah menjadikan mereka hina dan rendah. Hal ini telah terjadi pada umat-umat terdahulu, yang semestinya menjadi pelajaran bagi umat manusia pada zaman sesudahnya.
Jika kita mendambakan perubahan. Mulailah dari dalam diri masing-masing. Karena sudah menjadi Sunnatullah bahwa Allah tidak akan merubah apapun selama tidak ada perubahan dari dalam diri kita.

Jika sudah ada keinginan dan usaha untuk berubah, maka Janji Allah untuk memberi bantuan dan kemudahan akan segera datang.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوافِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّا للَّهَ لَمَعَا لْمُحْسِنِينَ  

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS.al-Ankabut:69)

Mari kita niatkan diri untuk berubah menjadi lebih baik bukan hanya sebatas baik secara materi tetapi lebih ditujukan menjadi lebih baik secara keImanan dan amalan karena disitulah Allah akan memberikan bermacam bimbingan dan kemudahan serta pertolongan Nya. Dan hanya dengan pertolongan Allah SWT hamba hamba Allah akan mencapai derajad hamba yang taqwa sukses fid dunya wal akhirat. Aamiin

Friday 20 October 2017

Api, Api , Apiiii



Ada yang namanya lisan atau pembicaraan, ada juga yang namanya gambaran atau penampilan namun yang sebenarnya adalah hakikat. Seperti orang yang mengucapkan dengan lisannya kata kata api, api, api maka seandainya dia mampu mengucapkan kata kata api api tersebut walau sampai ribuan kali tetap tidak ada kesan sedikitpun. Jangankan terbakar bahkan kesan panaspun tidak akan muncul jika hanya sekedar ucapan lisan saja.
Atau jika seseorang menuliskan tulisan api, api dan api sebanyak banyaknya memenuhi beratus ratus lembar kertas tetap juga tidak ada kesan secuilpun. Kertas tidak teraba panas apalagi terbakar sebab walau api, api dan api nyatanya Cuma tulisan saja.
Seorang pelukis yang begitu indahnya menggambarkan kobaran api yang menyala nyala seolah membumihanguskan sebuah bangunan bertingkat, sehingga siapa saja yang memandangi lukisannya sangat kagum dengan kepiawaian nya melukis. Lagi lagi kesan api tidak ada sama sekali , semuanya hanya kepalsuan belaka. Api yang nampak bergulung gulung hanyalah sebatas gambaran saja sama sekali tidak bisa menimbulkan panas apalagi membakar.

Demikian itulah perkataan, tulisan maupun gambaran semua hanyalah sebatas itu tidak lebih. Akan tetapi apabila sebatang korek api walau hanya sebiji saja digoreskan akan muncul api yang sebenarnya. Kertas yang didekatkan akan menyala terbakar, bensin yang ada didekatnya akan disambar menimbulkan kebakaran yang hebat dapat memusnahkan segala galanya yang ada disekitarnya.

Hikmah yang bisa diambil dari pemikiran tersebut di atas adalah bahwa hakikat yang sebenarnya barulah akan memberi kesan yang sebenarnya pula. Api tidak akan memberikan efeknya apabila hanya sebatas ucapan, tulisan ataupun gambaran atau tampilan saja. Maka demikian pula agama, apabila hanya sebatas hanya lisan saja, atau tulisan saja bahkan seandainya hanya sekedar penampilannya saja tidak dibarengi dengan usaha usaha yang sungguh sungguh untuk memasukkan kedalam hati yang paling dalam, maka agama hanya terkesan biasa saja tidak bisa menimbulkan perubahan yang nyata dalam kehidupan masyarakat.

Amalan amalan agama hendaknya betul betul dijiwai diresapi hingga menyatu dalam hati karena kata Nabi Muhammad Saw dalam diri manusia ada segumpal daging manakala segumpal daging itu baik maka akan baik semuanya namun sebaliknya jika segumpal daging itu buruk akan buruk semua yang ada pada diri manusia tersebut.

Rosululloh Bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad,jika segumpal daging itu rusak, maka rusaklah seluruh jasad,Ketahuilah , dia itu adalah hati.”

Maka sangat penting untuk diperhatikan bahwa dalam setiap amal amal agama hendaknya selalu diusahakan agar bisa diresapi , dijiwai dimasukkan benar benar kedalam hati. Bukan sebatas amalan yang refleks saja , otomatis seperti robot yang tidak ada penjiwaan sama sekali. Tidak difahami betul betul apa maksud dan tujuan dari setiap amal agama tersebut.

Hamba hamba Allah SWT yang diberi kefahaman agama niscaya akan sangat berhati hati dalam bersikap , berperilaku dan barkata kata.

Ingatlah firman Allah Ta’ala,

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?”

Hendaknya kita berhati-hati dalam berucap dan berbuat, karena semua pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala di akhirat. 

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)

Dan balasan yang disediakan oleh Allah Ta’ala di akhirat kelak sesuai dengan amalnya di dunia. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,

“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ar-Ra’du:18)

In syaa Allah dengan memasukkan kedalam hati semua amalan amalan agama tidak hanya sebatas rutinitas saja maka Allah SWT akan semakin menyempurnakan kefahaman kita terhadap agama. Tanda kasih sayang Allah SWT kepada hamba Nya adalah dengan memberikan kefahaman  agama.

Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu 'Anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

 “Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.”

Thursday 19 October 2017

Sang Singa yang Bangga






Segala puji hanya bagi Allah Rabbul’alamin, Dia tiada henti melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Dari sekian banyak nikmat Allah, nikmat yang paling agung adalah nikmat hidayah, hidayah lahir dalam keadaan Islam, ditengah-tengah keluarga yang beragam Islam. Tidakkah kita bangga dengan karunia nikmat ini. Nikmat sebagai seorang muslim. Seminim minimnya syurga bagi orang yang beriman adalah sepuluh kali lipat daripada bumi seisinya. Maka sesungguhnya seorang beriman adalah Raja yang jauh lebih hebat dari raja raja manapun di dunia ini dan akan kekal abadi untuk selama lamanya.

Namun, terkadang diri ini terlena, terlena akan status beragama Islam yang telah melekat sejak lahir, sehingga tidak bangga dan bahagia dengan Syari’at Islam.. Alangkah sangat mengherankan jika ada seorang muslim yang merasa malu dengan keislamannya. Ciri ciri keislamannya dia sembunyikan dikira sudah ketinggalan zaman. Budaya budaya modern jahiliyah malah dianutnya dengan rasa kebanggaan padahal justru dengan mengikuti budaya modern itu tanpa disadarinya dia telah terjatuh dengan serendah rendahnya pada derajad yang sangat hina.

Bukankah Allah telah berfirman dalam QS Ali ‘Imran: 19,


إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ الْإِسْلَامُ


“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam”,


Dan bukankah agama Islam ini adalah agama yang paling sempurna, karena Allah sendiri telah menyebutkannya dalam firman-Nya:


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا


“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3).


Maka, apa gerangan yang membuat iman ini futur (lemah), dan diri ini lalai akan status keislaman yang begitu mulia? Mari kita mengenal kembali agama kita ini, agar cinta yang sudah ada, kian bersemi, sehingga membuahkan amalan-amalan yang benar-benar mengharap perjumpaan indah dengan Sang Khaliq.


Apa itu Islam?


Diceritakan ada sebuah dongeng seekor anak singa yang tersesat lalu masuk kedalam sekawanan domba domba. Karena hari hari dilalui bersama domba domba maka perlaha namun pasti kebiasaan singa berubah menjadi seperti seekor domba. Makannya tidak lagi daging perilakunya juga sudah sebagaimana seekor domba. Ketika anak anak domba lainnya membangga banggakan tanduknya maka si anak singa itu merasa malu sebab tidak punya tanduk. Lebih malu lagi dia tidak mampu menirukan suara domba mengembik. Demikianlah hari hari dalam kehidupannya dilalui dengan perasaan malu sedih dan keputus asaan sebab tidak seperti anak anak domba lainnya.


Pada suatu hari sekawanan Singa tengah mengendap endap akan memangsa domba domba itu. Mengetahui ada segerombolan singa singa kontan domba domba melompat berlarian ketakutan setengah mati berusaha menyelamatkan dirinya. Tak ayal anak singa yang sudah terbiasa berkumpul dengan dombapun berlari dan berlari ketakutan menghindar singa singa yang nampak garang. Seekor Singa jantan melihat ada seekor anak singa berkumpul dengan domba domba keheranan dan singa itupun lalu mengejar anak singa yang ketakutan. Setelah tertangkap anak singa memohon ampun agar tidak dimangsa .


Singkat cerita anak singa lalu dipelihara dan dididik menjadi seekor singa sejati. Barulah anak singa itu menyadari siapa dirinya yang sebenarnya bahkan anak singa itupun bangga sebagai seekor singa yang sebetulnya jauh lebih kuat dan lebih hebat daripada domba domba.

Itulah gambaran kita ummat Islam saat ini yang tidak menyadari siapa sebenarnya kita. Maka dengan hanya kembali kepada Islam yang sebenarnya menghidup hidupkan sunnah sunnah Rasul saw ummat Islam akan berjaya kembali sebagaimana zaman keemasan dahulu.


َاْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى.


“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.”


Marilah kita kembali kepada Islam, tinggalkan jauh jauh budaya budaya yang tidak sejalan dengan keIslaman, sadarilah bahwa Islam adalah satu satunya agama yang diridhoi Allah SWT.


إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ

[QS Ali ‘Imran: 19]