Dakwah Maksud Hidup


widgeo.net

Monday 1 April 2019

Maukah kamu memaafkan kesalahanku ?


Tidak ada manusia yang hidup tanpa kesalahan dan dosa. Setiap Bani Adam akan sering melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertobat kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
 “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
 “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan)  dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”

Karakteristik manusia adalah selalu melakukan kesalahan dan dosa. Tergelincir dan terjatuh dalam kubangan dosa adalah perkara lumrah yang biasa terjadi. Sehingga bukanlah yang dituntut dari manusia bersih tidak pernah melakukan dosa. Namun yang dituntut dari mereka adalah bertaubat ketika berbuat dosa. Lalu adakah manusia yang tidak memiliki kesalahan dan dosa ?
Jika manusia tidak melakukan dosa sama sekali, maka Allah -subhanahu wata’ala- akan menciptakan manusia yang melakukan dosa, lalu Allah akan mengampuni mereka. Sebagaimana yang tergambar dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Ayyub -radhiyallahu ‘anhu- ia berkata ketika hendak meninggal: 

“Aku menyembunyikan dari kalian satu ilmu yang aku dengar dari Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- beliau bersabda” :

لَوْلَا أَنَّكُمْ تُذْنِبُونَ لَخَلَقَ اللهُ خَلْقًا يُذْنِبُونَ يَغْفِرُ لَهُمْ
 “Seandainya kamu sekalian tidak mempunyai dosa sedikit pun, niscaya Allah akan menciptakan suatu kaum yang melakukan dosa untuk diberikan ampunan kepada mereka.” [HR. Muslim]

Hadits ini tidak bermakna Allah -subhanahu wa ta’ala- senang jika hamba-Nya melakukan dosa atau senang dengan kemaksiatan, akan tetapi Allah -subhanahu wa ta’ala- membenci kekufuran dan tidak pula ridha dengan kekufuran serta tidak senang dengan kemaksiatan. Akan tetapi Allah suka jika hamba-Nya yang berbuat dosa dan maksiat dia bersegera bertobat kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- serta beristighfar kepadanya. Inilah makna dari hadits tersebut”

Allah SWT Maha Pengampun memaafkan dosa dosa hamba hamba bahkan Allah SWT akan menghapus dosa dosa hamba hamba sehingga tidak ada lagi bukti bukti bahwa hamba hamba Nya pernah melakukan dosa dosa dibumi ini. Semua saksi saksi baik yang pernah mengetahui atau saksi saksi dari anggota tubuhnya sendiri semuanya sudah dilupakan oleh Allah SWT sebab Kasih Sayang dan Ampunan Nya. Allah SWT bahkan mengganti keburukan keburukan dosa dosa tersebut dengan kebaikan kebaikan berupa pahala.
Dalam perkara yang sangat prinsipil sekalipun, Nabi SAW tetap mau memaafkan, sehingga tidak menjadi beban baru bagi dakwah dan hidup beliau. Ketika orang-orang Thaif merespons dakwah beliau dengan tindakan yang sangat kasar, Rasulullah memilih untuk memaafkan.
Beliau tidak hanya melupakan perlakuan kasar mereka, malah membalasnya dengan untaian doa, ''Ya Allah, berilah hidayah kepada mereka. Sesungguhnya mereka mengasariku hanya karena mereka tidak tahu.''

Lalu bagaimana halnya dengan kita terhadap sesama hamba Allah lainnya ? Memang memaafkan bukanlah perkara mudah. Namun perlu kita renungkan secara mendalam, saat kita membenci mereka dan marah berkepanjangan karena kesalahan yang bahkan tidak prinsip, kita telah melupakan satu hal. Mereka sama dengan kita, kita pun sama dengan mereka. Manusia yang bisa kapan saja melakukan salah dan dosa. Mungkin kita hanya melihat mereka saat mereka melakukan salah. Tapi kita lupa betapa besar dan berharganya mereka yang juga sempat berbuat baik pada kita.

Jangan menutup hati hanya karena rasa marah dan kekesalan atas kesalahan yang mereka lakukan. Kita pun suatu saat akan melakukan kesalahan yang sama, dan berjuang mendapatkan kata maaf dari orang lain.
Tahukah anda, jutaan sel di dalam tubuh akan bereaksi setiap kali otak dan hati melakukan sesuatu baik positif maupun negatif. Bayangkan saja saat kita marah, sudah berapa sel di dalam tubuh kita yang rusak dan membuat kita menjadi kehilangan keseimbangan dalam menjaga kesehatan.
Banyak organ di dalam tubuh kita yang akan menerima dampak buruknya. kita menjadi lebih mudah stres secara mental dan sakit secara fisik. Dari sinilah, jangan memendam sesuatu hal yang negatif di dalam diri kita. Bahkan jika masih sulit memaafkan orang lain karena kita masih seringkali kesal saat melihatnya. Cobalah memaafkan mereka saat kita memikirkan diri sendiri. Bukan untuk mereka, tapi untuk diri sendiri.

Ketika seseorang mau memaafkan orang lain, sebenarnya ia telah mengambil keputusan besar untuk menggugurkan haknya. Hak untuk mengungkit sakit hati, menyimpan dendam, atau membalas perlakuan buruk yang pernah dideritanya.

Kedua, memaafkan adalah pangkal kemuliaan. Sebab, hanya orang yang mulia dan berjiwa besar yang bisa dengan lapang melebur kesalahan orang lain. Dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan kebajikan setiap hamba-Nya. Dia akan membalas kelapangan orang yang mau membuka pintu maafnya dengan limpahan kemuliaan.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah bersabda, 

''Allah akan membalas orang yang mau memaafkan (orang lain) dengan menambah kemuliaannya.''

Ketiga, memaafkan adalah tabungan akhirat yang tak ternilai. Dalam Alquran suras al-Syura ayat 40, Allah SWT berfirman, 

''Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya menjadi tanggungan Allah.''

Saat menafsirkan ayat ini, Imam al-Hasan RA meriwayatkan, 

''Pada hari kiamat nanti, semua manusia akan dibawa ke hadapan Allah kemudian ada yang menyeru, 'Tidak boleh berdiri kecuali orang yang mempunyai simpanan pahala di sisi Allah'. Ternyata, tidak ada yang berdiri kecuali orang-orang yang pernah memaafkan orang lain kala hidup di dunia.''

Masihkah kita sulit untuk memaafkan saudara kita ? Apakah kita tidak ingin mendapat ampunan dan maaf dari Allah SWT sebab kita suka memaafkan saudara kita ketika di dunia ? Apakah kita enggan memperoleh syafaat dari Rasulullaah saw sebab memiliki sifat suka memaafkan bahkan sebelum saudara kita meminta maaf. Hamba Allah SWT yang pemaaf mendapatkan jaminan syurga siapapun orangnya meski mungkin tidak memiliki amalan amalan hebat yang menjadi andalannya kecuali sifat pemaaf itu saja. Ketika kita memaafkan saudara kita sesungguhnya kita sedang memaafkan diri sendiri dari segala kesalahan dan dosa dosa kita. Wallahu a’lam.