Dakwah Maksud Hidup


widgeo.net

Wednesday 2 July 2014

Muslim, Mukmin, Mukhsin kah aku?

Dalam satu majelis, Rasulullaah saw kedatangan tamu misterius yang tidak nampak tanda tanda dari perjalanan yang jauh. Rambutnya sangat hitam dan mengenakan jubah sangat putih. Tamu itu lalu duduk berhadaphadapan dengan Rasulullaah saw begitu dekatnya sehingga kedua lututnya bersentuhan dengan lutut Rasulullaah saw dan kedua tangannya memegang kedua lutut Beliau saw.

Tamu itupun menanyakan apakah itu Islam, Iman dan Ikhsan, dan bertanya pula mengenai Kiamat dan tanda tandanya. Setelah diberi jawaban oleh Rasulullaah saw tamu itupun membenarkannya, sehingga shahabat Umar bin Khattab r.a yang pada saat itu hadir di majelis, terheran heran. Mengapa orang ini bertanya tetapi kemudian membenarkan jawaban dari Rasulullaah saw. Sesaat setelah tamu misterius itu pergi, kemudian Rasulullaah saw bertanya kepada Shahabat Umar r.a, “Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?” Umar r.a menjawab,” Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui” Rasulullah berkata,” Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu”

Ulama telah memberi penjelasan mengenai tingkatan seorang Muslim, Mukmin maupun Muhsin.

Muslim adalah seorang hamba yang melaksanakan perintah perintah Allah SWT seperti bersyahadat, mengerjakan sholat, puasa di bulan suci Rhamadlan , membayar zakat dan menunaikan haji sebatas dzahir saja. Dan inilah standard minimal seorang yang dikatakan beragama islam. Jika ada seorang yang sudah mengucapkan dua kalimah syahadat tetapi belum mau mengerjakan sholat, tidak berpuasa di bulan suci Rhamadlan, enggan membayar zakat dan tidak pergi haji walaupun secara persyaratan sudah mampu maka Islamnya tidak sempurna. Bahkan hampir hampir tidak ada bedanya dengan orang kafir.

Mukmin derajadnya lebih tinggi lagi daripada Muslim, yakni bathinnya berIman kepada Allah SWT, berIman kepada Rasulullaah saw, berIman kepada Kitab Kitabnya, Malaikat Nya dan berIman kepada Taqdir yang baik maupun yang buruk. Sehingga baik secara dzahir maupun bathin seorang Mukmin telah sepenuhnya menerima semua ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullaah saw. Seorang Mukmin sudah pasti Muslim sementara seorang Muslim belum tentu Mukmin karena boleh jadi ibadahnya baru sebatas dzahir sementara bathinnya kadang belum bisa menerima keyakinan keyakinan yang seharusnya dimiliki sebagai seorang Mukmin.

Mukhsin adalah seseorang yang dalam beribadah seakan akan melihat Allah SWT sehingga sebagaimana seorang kekasih yang bisa memandang wajah kecintaannya, akan dengan sepenuh hati mengerjakan semua perintah perintah Allah SWT dengan dilandasi rasa cinta yang begitu hebat. Kalau tidak mampu melihat maka yakinlah pasti Allah SWT Melihatnya, sehingga dalam melaksanakan perintah perintah Allah SWT dilandasi rasa takut karena selalu di awasi Nya dimanapun dan kapanpun.

Lalu dimanakah posisi kita saat ini. Apakah ibadah kita baru sebatas lahiriah saja ataukah sudah disertai bathin yang Meng Imani Allah SWT, Rasulullaah saw, Kitab Kitab Nya, Malaikat Malaikat Nya serta Taqdir Nya. Dengan kata lain kita memiliki yakin seyakin yakinnya yang tidak ada keraguan lagi mengenai Janji Janji Allah SWT dan Rasul Nya dibalik semua amal ibadah yang kita telah kerjakan.

Lebih sempurna lagi ketika ibadah kita landasannya rasa cinta yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam disertai kekhawatiran akan ditinggalkan Allah SWT jika ibadah kita tidak diterima Nya. Tentu semua kita menginginkan hubungan yang sedemikian dekatnya dengan Allah SWT layaknya seorang kekasih yang sangat mencintai kekasih hatinya dan sangat takut sekali ditinggalkan pergi berpaling kepada yang lain.
Maka syariat wajib tetap dikerjakan sampai mati sebagaimana Rasulullaah saw tetap wajib melaksanakan sholat bahkan saking cintanya dengan sholat sampai kaki Beliau saw bengkak bengkak , sebagai wujud Cinta kepada Allah SWT.

Tidak benar jika ada yang berpendapat bahwa para waliullaah tidak lagi perlu sarana syariat sholat karena sudah mencapai derajad ma’rifat atau hakikat. Itu bukan dari ajaran Rasulullaah saw. Wallahu a’lam

No comments:

Post a Comment

Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.