Dakwah Maksud Hidup


widgeo.net

Saturday 11 June 2022

Dusta kamu dusta kamu, dusta kamu lalu dilempar ke neraka !!!

Tiga golongan manusia yang akan dihisab pertama sekali yakni Ulama, ahli sedekah dan pejuang agama. Mereka bukanlah kurang dalam hal amalan agamanya bahkan nampak secara dhohir amalannya begitu sempurna tetapi ada yang keliru yaitu pada niatnya. Jadi niat sangatlah penting sekali jangan sampai lupa memasang niat terlebih dahulu, baik diucapkan secara lisan maupun hanya diniatkan dalam hati saja. Niatnya pun harus lurus mentok sampai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullaah Shallallaahu alaihi wa Salam jangan berhenti hanya sampai selain itu

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
( Surat An-Nisa Ayat 59 )
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Dari ayat tersebut di atas hendaklah difahami bahwasanya ketaatan mutlaq hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hanya kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Kepada Ulil Amri jika mengajak untuk mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallalahu alaihiwa Salam maka kita ikuti apabila tidak ya pastilah tidak kita ikuti. Kemudian yang harus didahulukan adalah Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan contoh dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan jiwa Sami’na wa Atho’na tanpa ada penolakan sedikitpun. Seperti contoh ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala Memerintahkan sholat maka langsung ta’ati dengan mengerjakannya sesuai sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Adapun kenyataannya hanya mampu duduk saja tidak bisa berdiri sebab penyakit itu tidak masalah. Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Demikian pula Perintah Dakwah untuk menyampaikan ajakan beriman dan beramal sholeh, Taklim menuntut Ilmu Ilmu agama agar faham betul apa apa yang di Kehendaki Nya seperti apa mengamalkannya. Maka sami’na wa atho’na saja, kerjakan saja, meskipun hanya mampu menyampaikan satu ayat saja. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda “ Sampaikan dariku walau hanya satu ayat saja “ Sampaikan kepada semua orang kapanpun dimanapun bagaimana pun dan sampai kapanpun tentang penting nya Iman tentang pentingmya amal agama yang akan menjadi bekal hidup kita di alam akhirat kelak.
Demikian juga dengan perintah menuntut Ilmu Ilmu agama ini wajib untuk dilaksanakan. Didalam kitab Suci Al Qur’an menyebutkan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Mujadalah [l58]: 11).
Sehingga ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala telah Memerintahkan menuntut ilmu agama menyampaikan ilmu agama dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam memberi isyarat bahwa tidak ada batasan usia, batasan jenis kelamin dan batasan tempat didalam menuntut ilmu dan menyampaikan ilmu ilmu agama hendaknya kita sami’na wa atho’na tanpa ada penyangkalan dan penolakan sedikitpun. Apalagi ada hadis yang menyebukan
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang beramal tanpa dasar dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”
(HR. Muslim, no. 1718).
Kita kerjakan saja semua Perintah Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan contoh dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam dengan jiwa dan semangat Sami’na wa Atho’na. Sedangkan tertib tertib dan arahan arahan dari para Massyaikh hendaknya difahami sebagai upaya penyempurnaan didalam mengamalkan agama. Secara ringkas dengan semangat dan jiwa Sami’na wa Atho’na kita kerjakan semua Perintah Perintah Nya sesuai Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam lalu sambil berproses kita tingkatkan kwalitas amal agama mengikuti tertib tertib dan arahan arahan para Ulama Masyaikh kita. Jangan dibalik, bisa fatal sekali akibatnya. Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa Salam tidak dikerjakan tetapi yang dibesar besarkan, didahulukan dan dipentingkan tertib tertib dan arahan arahan dari para Ulama Massyaikh. Bisa bisa salah niat dan kelak apa tidak takut jika dikatakan kepada kita “Dusta kamu, kamu kerjakan amal agama ini karena ingin disebut sebut sebagi Dai yang paling tertib, Dai yang paling sesuai dengan arahan Masyyaikh, Dai yang paling ta’at paling takut kepada Massyaikh dan lalu dilempar ke dalam neraka dengan sangat sangat hina sekali. Naudzu billah min dzaalik.

No comments:

Post a Comment

Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.