Dakwah Maksud Hidup


widgeo.net

Sunday 22 May 2022

Indahnya Bertaubat.

Seseorang yang senantiasa berbuat dosa hidupnya tidak akan pernah tenang sementara semua hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala pastilah menginginkan ketenangan didalam hidupnya. Jadi sebenarnya siksaan dunia sudah dirasakan sebelum siksaan di akhirat kelak yang jauh sangat pedih dan sangat berat. Maka hamba yang bertaubat dari perbuatan perbuatan dosa hidupnya akan kembali tenang jiwanya akan merasa puas serta dihilangkan perasaan khawatir dan ketakutan di hari pembalasan kelak. Ketika seorang hamba bertaubat dari perbuatan perbuatan dosa maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat Gembira sekali bahkan melebihi kegembiraan seorang hamba saat mendapatkan kembali untanya yang hilang.

 “Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.” (HR. Muslim no. 2747).

Definisi taubat. Secara Bahasa, at-Taubah berasal dari kata تَوَبَ yang bermakna kembali. Dia bertaubat,  artinya ia kembali dari dosanya (berpaling dan menarik diri dari dosa) Taubat adalah kembali kepada Allâh dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa lalu melaksanakan semua hak Allâh Azza wa Jalla . Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya. Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allâh Azza wa Jalla pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat. Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabbnya, inabah (kembali) kepada Allâh Azza wa Jalla dan konsisten menjalankan ketaatan kepada Allâh. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa, namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allâh Azza wa Jalla , maka itu belum dianggap bertaubat. Seseorang dianggap bertaubat jika ia kembali kepada Allâh Azza wa Jalla dan melepaskan diri dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa. Ia tanamkan makna taubat dalam hatinya sebelum diucapkan lisannya, senantiasa mengingat apa yang disebutkan Allâh Azza wa Jalla berupa keterangan terperinci tentang surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang taat, dan mengingat siksa neraka yang ancamkan bagi pendosa. Dia berusaha terus melakukan itu agar rasa takut dan optimismenya kepada Allâh semakin menguat dalam hatinya. Dengan demikian, ia berdoa senantiasa kepada Allâh Azza wa Jalla dengan penuh harap dan cemas agar Allâh Azza wa Jalla berkenan menerima taubatnya, menghapuskan dosa dan kesalahannya.

Agar taubat diterima Allah Subhanahu Wa ta’ala dan tercegah dari kembali berbuat dosa dosa sehingga hidup terasa bahagia dan mendapatkan kepuasan jiwa maka hendaknya didalam bertaubat memenuhi tiga syarat

Imam Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin menyampaikan tentang tiga syarat taubat kepada Allah SWT. Ia menyampaikan bertaubat hukumnya wajib dari segala macam dosa.

Dalam kitabnya, Imam Nawawi menyampaikan jika kemaksiatan terjadi antara seorang hamba dan Allah . Artinya tidak ada hubungannya dengan hak orang lain. Maka, untuk bertaubat kepada Allah harus memenuhi tiga syarat.  

Pertama, segera hentikan semua kemaksiatan yang dilakukan sejak saat keinginan taubat muncul. Kedua, harus merasa menyesal karena telah melakukan kemaksiatan.

Ketiga, berniat tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Kalau tiga syarat ini tidak terpenuhi semuanya dan ada satu syarat yang tidak dilaksanakan maka tidak sah taubatnya.

Imam Nawawi menyampaikan, jika kemaksiatan yang diperbuat ada hubungannya dengan orang lain. Maka syarat taubatnya ada empat, yakni tiga syarat taubat kepada Allah harus terpenuhi.

Syarat keempat melepaskan tanggungan itu dari hak orang lain. Jika tanggungan itu berupa harta atau yang serupa dengan itu, maka wajib mengembalikannya kepada orang yang berhak.

Siapapun manusia pasti punya kesalahan dosa baik yang besar maupun yang kecil baik yang disengaja maupun tidak disadari, dosa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun dosa dosa terhadap sesama hamba. Sekecil apapun dosa pasti membuat hidup tidak tenang dan tidak mampu untuk merasakan kabahagiaan sejati. Pendosa pendosa seperti mayat mayat hidup kelihatannya bisa berbicara bisa bertindak bisa tertawa namun hatinya sudah mati, akalnya juga sudah mati tidak bisa memahami mana yang benar mana yang salah, dan derajadnya jatuh serendah rendahnya jauh lebih rendah dari binatang karena akalnya telah mati.

Jangan berfikir kepada orang lain saja yang bahkan paling penting disadari adalah masing masing diri kita segera bertaubat dari dosa dosa sebab bertaubat adalah seindah indahnya akhlaq yang akan membuat Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat Gembira sekali    Mari segera bertaubat sebelum terlambat !!!

No comments:

Post a Comment

Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.