Hati yang bening dambaan ummat manusia. DiCiptakan hati merupakan Singgasana Nya yang hanya boleh dimiliki mutlaq oleh Dzat Yang Maha Agung. Hati bukan milik siapa siapa dan akan Cemburu Yang Maha Cemburu manakala ada yang lain didalam hati selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia tidak akan Ridho apabila masih ada tersimpan makhluq meskipun secuil yang menandingi melebihi kecintaan kepada Yang Maha Mencintai hamba.
Suatu saat Muhammad
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Salam menyoal Shahabat Hudzaifah radiallahu
anhu mengenai perasaannya jika didapati istri yang dikasihinya ternyata
selingkuh dengan pria lain yang mereka berdua duaan mesra di kamar miliknya.
Dengan mencabut pedang yang di pinggang lalu mengacungkan tinggi tinggi ke atas
sambil bersuara lantang disertai raut muka memerah padam “Aku tebas leher kedua
duanya ya Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam” Dengan senyuman khas Baginda
Nabi, diterangkanlah dihadapan para Shahabat ra ajmain bahwa Allah Azza wa
Jalla jauh lebih Pencemburu ketimbang Shahabat Hudzaifah radiallahu anhu
apabila didalam hati hamba ada sesuatu apapun selain Dia Yang Maha Mencintai
ummat manusia. Hanya saja Kasih Sayang Nya mengalahkan Kecemburuan sampai batas
waktu yang telah ditetapkan.
Nafsu diciptakan tujuannya bagaimana
mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Betapa pun saat awal penciptaan
nafsu bersifat angkuh hanya mengakui keberadaan diri dan tidak mengakui
Keberadaan Sang Pencipta. “Siapa kamu siapa Aku” Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
kepada nafsu. Jawab nafsu dengan tidak hirau sama sekali “aku aku, Kamu Kamu”
Kemudian dimasukkan kedalam neraka selama 1000 tahun dan ditanya ulang. Jawaban
nafsu masih sama “aku aku, Kamu Kamu” Dicelup lagi 1000 tahun di neraka agar
mau mengakui dan menyadari diri nya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tetap menyombongkan diri saat didesak dengan pertanyaan itu lagi dengan ucapan “aku
aku kamu Kamu” Pada akhirnya dicelup di neraka kelaparan selama 1000 tahun
barulah nafsu mau mengatakan “aku adalah hamba Mu dan Engkau adalah Tuhan ku”
Tidak dipungkiri ketika
nafsu tanpa gairah nafsu makan minum pastinya manusia akan lemah, tidak ada
nafsu syahwat kepada lain jenis sehingga akan memutus rantai perkembang biakan
ummat manusia. Tidak ada nafsu persaingan sehingga kehidupan menjadi beku tanpa
ada aktifitas menuju kemajuan menuju perkembangan ke arah sempurna.
Dua karakter yang berbeda
ini antara hati serta nafsu hendaknya di dekati berupa pembersihan hati nurani.
Semakin bening hati semakin bersinar sinar cahayanya yang akan berefek
mengendalikan nafsu kepada maksud yang sebenarnya penciptaan nafsu itu. Kuatnya
nafsu untuk menuju kebaikan dan kesempurnaan tujuan hidup didasari Hidayah
adalah perjuangan yang tak henti hentinya dengan membersihkan hati nurani.
Berdzikir bagian dari amal agama merupakan sarana membeningkan hati adalah inti
dari ibadah. Sholat, menuntut Ilmu Agama, membaca Al Qur’an, berdakwah, berjuang
membela Agama harus dibarengi dengan upaya yang tiada henti hentinya
membeningkan hati. Sebab semakin bening hati semakin kuat kendali terhadap
nafsu dan semakin terarah amal amal agama menuju kesempurnaan sesuai Kehendak Allah
Subhanahu wa Ta’ala sesuai Sunnah Rasulullah Shallalaahu alaihi wa salam.
Sebaliknya semakin kotor hati semakin keruh nafsu semakin tersesat tujuan
meskipun kelihatan mengamalkan agama meskipun tampilannya sangat Islami, tetapi
kehilangan makna, jauh dari kefahaman. Dan ini yang harus dihindari.
Mari beningkan hati sebening
beningnya kelak akan mempengaruhi semuanya jika tidak akan menyebabkan nafsu
semakin keruh yang berakibat membinasakan semuanya saja tanpa terkecuali, sebagaimana
Sabda Nabi Nuhammad Shallallaahu alaihi wa Salam
’Ingatlah, dalam tubuh
manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan
baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama
qolbu.” (HR Bukhari dan Muslim). ‘
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.