Manusia berbahan dasar tanah
liat hitam dan kotor berbeda dari malaikat jin iblis yang dibuat dengan bahan
dasar nur atau api. Tanah liat yang sekilas kotor kadang berbau tidak sedap, menjijikkan
akan tetapi jika digali semakin dalam ada berbagai kandungan zat zat yang
sangat mulia. Dari batu bara,batu batu mulia, intan, logam logam mulia, perak
emas sampai emas hitam alias minyak yang tidak ternilai harga dan fungsinya.
Maka makhluq manusia dengan usaha usaha yang tiada henti hentinya terhadap diri
sendiri pasti akan memunculkan berbagai potensi potensi yang sangat menakjubkan
yang semula tidak pernah disangka sangka.
Keberadaan malaikat alaihi
salam, jin, iblis laknatullah sebagai sarana saja didalam mewujudkan semua
potensi potensi dahsyat insan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tampilkan keistimewaan
Nabi Adam alaihis salam dihadapan malaikat dengan menyebut nama semua benda
benda disekitarnya sementara malaikat hanya mengikuti apa apa yang sudah diprogram
saja oleh Al Kholiq, tidak lebih daripada itu. Lain pula keberadaan iblis
laknatullah alaih di Cipta sehingga manusia ada gairah hidup, gairah untuk
menguasai, gairah untuk menyaingi, gairah untuk memiliki apapun dengan tanpa
batas yang pastinya kalau tidak dikontrol agama berakibat fatal membawa
kebinasaan semuanya seperti api yang melahap habis apa apa yang ada
dihadapannya.
Kehendak Allah Rabbul
aalamiin menetapkan yang akan menjadi Khalifah di muka bumi ternyata dari jenis
manusia yakni Nabi Adam alaihis salam dan anak keturunannya kelak. Dibekali akal
yang saat awal penciptaan akal dikisahkan dalam paparannya, Abu Laits
As-Samarqandi menukil sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad
Asy-Syaakir Al-Khaubawiyi, seorang ulama yang hidup pada abad ke 13 Hijrah.
Beliau menerangkan ketika Allah Ta'ala menciptakan Akal, maka Allah berfirman
yang artinya: "Wahai Akal menghadaplah engkau." Maka Akal pun
menghadap ke hadapan Allah. Kemudian Allah berfirman: "Wahai Akal
berbaliklah engkau!", lalu Akal pun berbalik menuruti perintah Allah.
Kemudian Allah Ta'ala
berfirman lagi: "Wahai Akal! Siapakah aku?". Lalu Akal pun berkata,
"Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang
dhaif dan lemah". Lalu Allah Ta'ala berfirman: "Wahai Akal, tidak Ku-ciptakan
makhluk yang lebih mulia daripada engkau."
Lalu apakah seluruh ummat
manusia menggunakan perangkat akal yang sangat mulia ini didalam mengemban
tugas mulia sebagai khalifah fil ardh ? Dalam kenyataannya tidak seluruh nya
mau menggunakan akal anugerah dari Allah Yang Maha Agung atau menggunakan akal
tidak sampai maksimal malah ada yang sengaja membunuh akalnya sendiri demi bisa
memperoleh kesenangan nafsu yang sesaat yang sesat.
Ketika akal tidak lagi
digunakan untuk agama hanya untuk mengexplorasi dunia semata mata akan membawa
keni’matan hidup yang semu. Memang dengan kemampuan akal yang semula susah jadi
gampang banget, yang sangat jauh dibuat sangat dekat sekali, yang seolah
mustahil, besi berton ton jadi sangat ringan sekali tidak dapat tenggelam di
permukaan air, atau mampu terbang cepat meliuk liuk melebihi kemampuan burung
dan lain sebagainya. Tetapi tetap saja hanya semu, sementara. Ni’mat yang
dirasakan sebab hilangnya penderitaan sesaat bukan ni’mat benar benar ni’mat
yang terus semakin bertambah tambah tanpa ada batasnya. Makan terasa ni’mat
sebab hilangnya rasa lapar, minum segar dirasakan sebab hilangnya dahaga. Bagaimana
kalau sudah kenyang sudah hilang dahaga terus dipaksa makan minum ? Tersiksa kan ? Itulah ni’mat semu dan sesaat saja. Beda
dengan ni’mat di alam syurga kelak yang sejati serta kekal abadi selama
lamanya.
Akal hendaknya gunakan untuk
mendekatkan hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Gunakan akal untuk
meringankan amalan yang semula terasa sangat berat sekali. Gunakan akal untuk mampu
terbang kesana kemari melintasi bumi, mangajak seluruh ummat manusia untuk ta’at
supaya selamat dunia akhirat. Gunakan akal jangan hanya untuk sesuatu yang semu
dan sementara saja. Ayo akal, mana akal ???
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.