Nabi saw bersabda. “Menuntut
ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR.Bukhari).
Semua perintah perintah
Allah SWT adalah Karunia yang tidak terhingga termasuk diantaranya perintah
menuntut Ilmu ilmu agama. Maka hamba hamba Allah yang senang menuntut ilmu ilmu
agama akan dikaruniai kemuliaan dengan derajad yang tinggi di sisi Allah Azza
wa Jalla.
“Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Demikianlah
sesuatu amalan baru disebut sebagai amalan agama apabila dilandasi perintah
dari Allah SWT dan ada contoh yang diberikan Rasul saw. Darimana bisa
mengetahui amal ini amal agama seandainya tidak pernah berusaha mempelajari ilmu
ilmu agama. Maka adakalanya seorang hamba asyik dan sibuk mengerjakan amalan amalan
namun di sisi Allah SWT tertolak karena tidak ada ilmunya tidak ada dasar
perintah dan contohnya.
Kedudukan seorang Alim
dibandingkan abid saja. Yang dimaksud dengan ahli ilmu (orang alim) disini
adalah orang yang mempunyai pemahaman agama dengan baik atau mumpuni, dan
pengetahuanya itu dipraktikkan dalam sikap, perilakunya serta ibadahnya
sehari-hari. Sedang yang dimaksud dengan ahli ibadah (orang yang banyak
ibadahnya) adalah orang yang kuat dan banyak ibadahnya, namun ibadah yang ia
lakukan tidak didasari dengan ilmu syari’at. Ia melakukan ibadah dengan
mengikuti perasaan dan naluri saja, atau hanya ikut-ikutan orang-orang awam
yang ada di sekitarnya.
Dalam sebuah Hadist
dikisahkan bahwa suatu tempo Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam mendatangi pintu
masjid, di situ beliau melihat iblis berada di sisi pintu masjid. Kemudian Nabi
SAW bertanya, "Wahai Iblis apa yang sedang kamu lakukan di sini?"
Maka iblis itu menjawab, "Saya hendak masuk masjid dan akan merusak shalat
orang yang sedang shalat ini, tetapi saya takut pada seorang lelaki yang tengah
tidur ini." Lalu Nabi SAW berkata, "Wahai Iblis, kenapa kamu bukannya
takut pada orang yang sedang shalat, padahal dia dalam keadaan ibadah dan
bermunajat pada Tuhannya, dan justru takut pada orang yang sedang tidur,
padahal ia dalam posisi tidak sadar?" Iblis pun menjawab, "Orang yang
sedang shalat ini bodoh, mengganggu shalatnya begitu mudah. Akan tetapi orang
yang sedang tidur ini orang alim (pandai)."
Kelebihan kelebihan ilmu
dibandingkan harta.
Jawaban-jawaban dari Imam
Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang mana yang lebih utama antara Ilmu
dengan harta :
” Ilmu lebih utama daripada
harta, Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah pusaka Karun, Sadad,
Fir’aun, dan lain-lain.”
” Ilmu lebih utama daripada
harta, karena ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah engkau yang harus
menjaganya.”
” Harta itu bila engkau
tasarrufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau
tasarrufkan malahan bertambah.”
” Pemilik harta disebut
dengan nama bakhil (kikir) dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama
keagungan dan kemuliaan.
” Pemilik harta itu musuhnya
banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak.”
”
Ilmu lebih utama daripada harta, karena diakhirat nanti pemilik harta akan
dihisab, sedangkan orang berilmu akan memperoleh safa’at.”
” Harta akan hancur
berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan musnah
walau ditimbun zaman.”
” Harta membuat hati
seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya.”
” Ilmu lebih utama daripada
harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang
dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena
ilmunya.”
Lalu, apakah semua ilmu akan
mendapatkan balasan luar biasa seperti diatas? Tidak. Hanyalah ilmu yang
bermanfaatlah yang mendapatkan ini semua. Apa sih ilmu yang bermanfaat?
“Ya, Rabbi. apakah ilmu yang
bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud.
“Ialah ilmu yang bertujuan
untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku
atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku.”
Dalam sebuah Hadits yang
diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda,
“Tuntutlah ilmu.
Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla,
sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah.
Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan
akhirat.”
Oleh karena itu, Rasulullah
SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa
yanfa’u”.‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’
Dalam sebuah riwayat
disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya,
“Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”
Dalam Kitab Bidayatul
Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai, hamba Allah yang rajin
menuntut ilmu.Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas
karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan
kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda,
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun
perempuan” [HR Ibnu Abdul barr]
Janganlah sekali-kali engkau
menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong,
berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau
supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan
sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti
merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.
Nabi SAW mencegah hal
seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan
untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya
untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau
harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]
Rasulullah
SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap
para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk
perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis
(pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu.
Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu
Majah]
Semoga Allah SWT membimbing
kita menuju kefahaman agama yang di ridhoi dan melindungi diri kita dari hal
hal yang di murkai Nya memudahkan untuk mengamalkan menyampaikan serta
dilindungi dari sifat kesombongan, aamiin aamiin ya Allah Rabbal aalamiin
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.