Firman Allah dalam Hadist Qudsi-Nya,
“Aku seperti yang disangkakan hamba-Ku yang
mukmin”
Kejadian kejadian didalam kehidupan dunia
semuanya diketahui Allah SWT. Semua peristiwa atas Kehendak Allah SWT akan
tetapi tidak semua atas Ridlo Allah SWT.
Manusia diberi bekal berupa akal fikiran yang
menjadikan hamba hamba Allah ini mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada
makhluk makhluk lain bahkan malaikat sekalipun. Ternyata kekuatan fikir manusia
sangat besar sehingga mampu merubah kehidupan di dunia. Apa saja yang
difikirkan manusia boleh jadi akan menjadi wujud dalam jangka waktu yang tidak
lama.
Ketika manusia berfikir tentang sarana
komunikasi maka muncullah berbagai alat komunikasi yang saat ini seakan tidak
bisa terbendung lagi keberadaannya dengan segenap konsekuensinya.
Maka demikian pula saat hamba hamba Allah SWT
berfikir bahwa Allah SWT Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pasti
sangat menyayangi hamba hamba Nya jauh melebihi kasih sayang seorang Ibu kepada
anak anaknya.maka fikir atau prasangka yang sedemikian akan benar benar
diwujudkan oleh Allah SWT.
Suatu hari, datang seorang wanita dari Anshor
bersama 10 putranya untuk menghadap Rasulullah saw. Wanita itupun berkata, “Ya
Rasulullah, mereka adalah anak-anakku. Kupersembahkan semuanya untukmu. Ajaklah
mereka berjihad dijalan Allah swt.”
Singkat cerita, mereka semua ikut berperang
bersama Rasulullah saw hingga 9 orang syahid di jalan Allah. Dan hebatnya,
seorang ibu ini lebih berbahagia mendengar kabar anak-anaknya yang gugur
daripada anaknya yang masih tersisa.
Tersisalah satu anak yang paling bungsu yang
masih hidup. Namun sayangnya, kehidupan anak ini mulai melenceng dan banyak
melakukan dosa.
Hingga suatu hari, si bungsu ini tertimpa
penyakit yang parah. Sang ibu tak kuasa melihatnya, ia begitu kasihan dan sedih
melihat anak terakhirnya ini.
Lalu sang anak bertanya, “Duhai ibuku, semua
saudaraku lebih baik dariku tapi ibu tidak menangisi mereka. Tapi kenapa engkau
menangisi putramu yang pendosa ini?
Sang ibu menjawab, “Karena itulah aku
menangis.”
Wanita ini tak pernah mengkhawatirkan putrnya
yang syahid karena mereka pasti mendapat kenikmatan di sisi Allah, tapi ia
begitu mengkhawatirkan putranya yang pendosa ini.
Pada akhir-akhir nafasnya, anak ini berkata,
“Duhai ibuku, andai aku berbuat salah atau melanggar hakmu, sementara
ditanganmu ada api yang menyala-nyala, apakah kau akan melemparkannya
kepadaku?”
“Tidak mungkin wahai anakku.” jawab sang ibu.
“Bukankah kau tau bahwa yang Menciptakanku
lebih penyayang daripada yang melahirkanku?” tanya sang anak, lalu ia pun
menghembuskan nafas terakhirnya.
Mendengar kisah ini, Rasulullah saw berkata
kepada wanita Anshor ini, “Kabar gembira untukmu, sungguh anakmu telah diampuni
oleh Allah karena berbaik sangka kepada tuhannya.”
Kisah yang begitu mengharukan ini sesuai
dengan Firman Allah dalam Hadist Qudsi-Nya,
“Aku
seperti yang disangkakan hamba-Ku yang mukmin”
Baik sangka kita kepada Allah menentukan
nasib kita di Hari Akhir. Jangan pernah berputus asa dari rahmat dan kasih sayang.
Kembalilah walau sebesar apapun dosa yang pernah kita lakukan.
Namun prasangka (husnu dzon) kepada Allah
yang disebutkan dalam berbagai riwayat itu harus disertai dengan amal soleh dan
menjaga syariat-Nya. Dan jika berbaik sangka kepada Allah namun meremehkan
perbuatan dosa, maka husnudzon itu tak akan ada manfaatnya.
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.