1. Sikap bijaksana seorang
ayah sebagai kepala keluarga.
Nabi Ibrahim as pada saat
memberitahu putra kesayangannya bahwa beliau diperintah Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk menyembelih nya, tidak dikatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
Memerintahkan untuk menyembelih putranya, melainkan berkata bahwa beliau telah
bermimpi menyembelih putranya dan meminta pendapat dari nabi Ismail as. Beliau
dengan sangat bijaksana sekali hanya menyebutkan “mimpi” dan tetap memberi
kesempatan kepada putranya untuk berpendapat bukan dengan pemaksaan sekalipun
mimpi itu sesungguhnya adalah wahyu dan wahyu adalah perintah yang wajib
dilaksanakan.
2. Keta’atan seorang anak
kepada orang tuanya.
Tidak sedikit sikap seorang
anak terhadap perintah orang tuanya meskipun perintah kebaikan keselamatan bagi
dirinya namun ditolak hanya sebab perintah tersebut bukan keinginannya atau
tidak cocok dengan hawa nafsunya. Maka nabi Ismail as dengan kecerdasannya
sanggup menta’ati apapun yang diperintahkan nabi Ibrahim as dengan keyakinan
bahwa Ayahandanya adalah seorang Nabi dan apapun yang diperintahkan pasti
adalah Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada pilihan kecuali
sami’na wa atho’na, wujud kesempurnaan iman.
3. Peran seorang Ibu dalam
mendidik putra putrinya
Peran terbesar dalam hal
mendidik putra putrinya adalah dari seorang ibu. Nabi Ismail as dan Kan’an sama
sama putra seorang Nabi tetapi sebab didikan dari ibunya menghasilkan dua
karakter yang bertolak belakang. Nabi Ismail diberi tahu untuk disembelih namun
dengan kesabaran sempurna siap menerima apapun sebaliknya Kan’an diajak untuk
diselamatkan justru malah menghindar sehingga sampai mati tenggelam dalam
keingkaran. Semua ini bersumber dari didikan seorang Ibu yang paling menentukan
bagaimana nantinya kwalitas ketaqwaan putra putrinya.
4. Bukti cinta adalah dengan
pengorbanan
Cinta adalah pengorbanan dan
bukti cinta seseorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dengan
pengorbanannya. Apa saja yang menjadi kecintaannya selain Allah Subhanahu wa
Ta’ala sanggup dikorbankan demi meraih Cinta Nya. Cinta kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala di atas segala gala kecintaannya kepada makhluq di dunia ini.
5. Semua Perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala pasti demi keselamatan kemuliaan dan kebahagiaaan hamba
hamba Nya.
Dari kisah diatas terbukti
bahwa seluruh Perintah Perintah Allah Subhanahu wa Ta;ala tak satupun yang
mengakibatkan kebinasaan bahkan perintah paling ekstrim sekalipun yakni
perintah untuk menyembelih putra kesayangan berakhir dengan keselamatan,
kebahagiaan, kemuliaan didunia dan akhirat. Nabi Ismail as ternyata selamat dan
tidak bisa dibayangkan betapa bahagia keduanya saat ternyata Allah Subhanahu wa
Ta’ala kemudian menggantikan sembelihan dengan seekor domba dan sampai akhir
zaman beliau berdua mendapatkan kemuliaan karena terbukti cinta nya kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala melebihi cintanya kepada siapapun dengan rela
mengobankan apapun yang dicintainya selain cinta kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Semoga dengan berhari raya
Iedul Adha ini kita semakin dimudahkan dalam mengorbankan kecintaan kecintaan
lain, selain cinta kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala sehingga semakin didekatkan dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan tidak ada hamba hamba yang beruntung melainkan hamba hamba yang
semakin dekat dengan Yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Aamiin aamiin aamiin ya
Rabbal aalamiin. In syaa Allah.
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.