سَدِّدُوا وَقَارِبُوا
وَأَبْشِرُوا فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا
أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ
بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ
“Tepatlah kalian,
mendekatlah, dan bergembiralah, karena sesungguhnya amal tidak akan memasukkan
seseorang ke dalam surga.” Para shahabat bertanya: “Termasuk juga anda wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ya, termasuk juga saya, kecuali jika Allah
menganugerahkan ampunan dan rahmat kepadaku.”
Beberapa
pertanyaan yang mungkin muncul sehubungan dengan hadis tersebut di atas adalah,
mengapa didalam Al Qur’an disebutkan bahwa seseorang diperintah beramal sholeh
dengan dijanjikan syurga yang berderajad derajad. Kalau bukan sebab amalan apa
gunanya kita beramal ? Apakah ada hamba Allah SWT yang dapat memasuki syurga
sebab amalannya saja ? Apa hikmah dari hadis Rasul saw tersebut di atas ?
Dari segi waktu amal manusia
didunia hanya terbatas sangat singkat sekali. Manusia akhir zaman diberi
kesempatan hidup didunia dan beramal hanya sebatas kurang lebih 60 hingga 70
tahun. Maka semestinya balasan di syurgapun hanya sebatas umur manusia 60
hingga 70 tahun namun pada kenyataannya kehidupan di alam syurga kekal abadi yang
tidak bisa dibandingkan dengan masa manusia beramal didunia ini. Hanya karena
Rahmat Allah SWT sajalah sehingga Allah SWT membalas amal manusia yang sangat
singkat dengan kehidupan di syurga kekal abadi selama lamanya. Allah SWT
memberi balasan sesuai niat seseorang. Manakala niatnya beramal selama lamanya
maka pahalanya juga selama lamanya walau beramal hanya sebatas usia hidup
didunia.
Amal manusia bagaimanapun
tidak bisa sempurna, banyak sekali kekurangannya kecacatannya banyak sekali
ketidak sesuaian dengan Perintah Allah SWT tidak sesuai dengan Sunnah Rasul
saw. Dari waktu kewaktu kadang semakin menurun atau tidak istiqomah bahkan
futur. Sementara kenikmatan di syurga adalah kenikmatan yang sempurna
kenikmatan yang dari waktu ke waktu semakin meningkat dengan tanpa ada
batasnya. Bagaimana mungkin amal yang sedemikian rupa minta balasan syurga yang
sempurna dan semakin meningkat terus tanpa ada batasnya. Hanya karena Rahmat
Allah SWT sajalah sehingga amal manusia yang kurang dilipatgandakan pahalanya minimal
10 kali lipat hingga 700 kali lipat bahkan sampai tak terhingga, yang cacat
disempurnakan Nya yang salah dimaafkan Nya yang berdosa diampuni Nya.
Seandainyapun ada amalan
hamba yang sempurna sebagaimana amalan Rasul saw pun Beliau tetap menyatakan bahwa
Beliau saw masuk syurga karena Rahmat Allah SWT. Artinya Rasul saw dijamin masuk syurga dan sebab amalan Beliau saw
yang sempurna itu Allah SWT masukkan dengan Rahmat Nya pada derajad tertinggi
di dalam syurga Firdaus.
Hamba hamba Allah SWT telah
dibekali dengan sarana prasarana untuk bisa beramal menjalani Perintah Allah
SWT. Pertama kesempatan hidup didunia untuk mencari bekal akhirat, dilengkapi
dengan anggota tubuh yang sempurna sehingga memungkinkan bisa menjalankan
perintah Nya. Tidak hanya itu dianugerahi rizqi serta kenikmatan kenikmatan
lainnya agar menjadi alasan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Belum lagi hidayah yang sangat menentukan seseorang dapat memahami dan tergerak
untuk beribadah dengan semangat. Diutusnya para Nabi dan Rasul Rasul serta para
Ulama dan lain sebagainya yang terus menerus memotivasi serta membimbing ummat
manusia didalam beramal sesuai Kehendak Allah SWT sesuai sunnah Rasul saw
sehingga menjadikan semua amalan bernilai amal ibadah.
Andai Allah SWT mensyaratkan
bahwa memasuki syurga mutlak dengan amalan sempurna, sudah pasti tidak ada satupun yang dapat masuk
ke syurga karena tidak ada amalan dari hamba hamba Allah SWT pada umumnya yang
sempurna. Dari segi waktu pelaksanaan yang tidak tepat waktu masih suka menunda
nunda dan hanya sesaat saja. Dari segi kwalitas tidak bisa dikatakan amalan
yang benar benar amalan agama dengan derajad di Ridhoi Nya sebab masih belum
sesuai betul dengan Kehendak Nya belum sesuai betul dengan Sunnah Rasul saw.
Kalaupun ada amalan hamba yang di Ridhoi Allah SWT semuanya itu hanyalah karena
Pertolongan , Hidayah serta kemudahan kemudahan dan segala galanya dari Nya juga. Bagaimana
mungkin bahwa seorang hamba beramal sholeh karena hidayah dari Allah SWT dan
Pertolongan dari Nya lalu dengan sombongnya meminta balasan kepada Allah SWT
juga karena merasa telah beramal sholeh.
Hikmah berikutnya dari hadis
diatas menurut Ulama adalah bahwa hamba hamba Allah SWT tidak harus memaksakan
diri beramal dengan menyengsarakan diri diluar batas kemampuannya, sehingga
akhirnya mengalami kejenuhan bahkan bisa mengakibatkan berhenti sama sekali
dari beramal. Ada hamba hamba Allah SWT yang memang ada keterbatasan
keterbatasn waktu kemampuan keahlian keilmuan dan lain sebagianya . Namun
dengan keterangan hadis tersebut di atas masih ada kesempatan memasuki syurga
dengan derajad tinggi di sisi Allah SWT atas Rahmat Nya.
Ini berarti bisa membantah
pendapat Jabariyyah yang menyatakan bahwa masuk surga itu sama sekali tidak ada
kaitannya dengan amal, melainkan mutlak hanya Rahmat Allah swt saja. Juga
membantah pendapat Qadariyyah yang menyatakan bahwa masuk surga itu murni
karena amal saja, tidak ada kaitannya dengan rahmat Allah swt.
Imam Ibn Hajar memberikan
penjelasan yang sedikit berbeda. Amal seseorang walau bagaimanapun tidak
mungkin menyebabkannya masuk surga jika pada kenyataannya amal itu tidak
diterima oleh Allah swt. Nah, persoalan amal itu diterima atau tidaknya, ini
jelas wewenang Allah swt, dan ini mutlak berdasarkan rahmat Allah swt (semua
pendapat ulama di atas dikutip dari Fath al-Bari kitab ar-riqaq bab al-qashd
wal-mudawamah ‘alal-’amal).
Hadits yang disampaikan Nabi
saw di atas, menurut Ibn Taimiyyah, mengajarkan kepada kita untuk tidak memahami
hubungan amal dan surga sebagai mu’awadlah; timbal balik, balas jasa, atau
ganti rugi.
Hal itu disebabkan pertama,
Allah swt sama sekali tidak butuh terhadap amal kita, tidak seperti halnya
seorang majikan yang butuh kepada para pekerjanya. Amal manusia untuk manusia
sendiri, karena kalaupun semua manusia tidak beramal Allah swt tidak ‘peduli’,
Dia akan tetap sebagai Yang Mahakuasa dan Mahaperkasa (Lihat QS. Al-Baqarah [2]
: 286, Fushshilat [41] : 46, an-Naml [27] : 40).
Kedua, amal seorang manusia
tidak diwujudkan oleh dirinya sendiri, melainkan berkat anugerah dan rahmat
Allah swt juga, mulai dari menghidupkannya, memberi rizki, memberi tenaga,
kesehatan, mengutus rasul-rasul, menurunkan kitab-kitab, menjadikannya cinta
kepada keimanan dan menjadikannya benci terhadap kekufuran. Semua itu adalah
berkat rahmat Allah SWT.
Ketiga, amal seorang manusia
setinggi-tingginya tidak akan senilai dengan pahala yang diberikan Allah
kepadanya, karena dalam pahala itu Allah SWT sudah melipatgandakannya dari
mulai 10 kali lipat, 700 kali lipat, bahkan sampai kelipatan yang tidak dapat
terhitung nilainya.
Keempat,
nikmat dan kesenangan yang telah diberikan Allah SWT kepada manusia selama di
dunia, walau bagaimanapun tidak akan mampu dibayar oleh manusia. Seandainya
manusia diharuskan membayarnya dengan amal, pasti mereka tidak akan mampu
beramal untuk membayarnya. Padahal jelas, manusia bisa beramal itu berkat
nikmat-nikmat Allah SWT tersebut.
Kelima, manusia selalu
diliputi oleh dosa dan kesalahan. Seandainya saja tidak ada ampunan Allah swt
dan kebijaksanaan-Nya untuk hanya mempertimbangkan amal-amal yang baik saja,
dengan mengenyampingkan amal jeleknya, tentu manusia tidak akan mungkin masuk
ke dalam surga (Lihat QS. Az-Zumar [39] : 33-35, al-Ahqaf [46] : 16).
Inilah di
antara maksud sabda Nabi saw:
“Ya, termasuk juga saya, kecuali jika Allah
menganugerahkan ampunan dan rahmat kepadaku.”
Dari uraian panjang ini bisa
ditarik kesimpulan bahwa amal tetap sebagai penyebab adanya balasan surga.
Hanya berdasarkan hadits ini seseorang tidak boleh ta’ajjub (berbangga diri)
dengan amalnya sendiri, karena di sana pasti ada peran rahmat Allah swt.
Dengan hadits ini juga
seseorang tidak perlu takalluf (mempersulit diri) dengan amal-amal yang
dikerjakannya. Tetap optimis dengan amal-amal yang sudah, sedang dan harus
dikerjakan, sebagaimana tuntunan Nabi saw: saddidu, wa qaribu, wa absyiru,
wa-ghdu, wa ruhu, wa syai`un minad-duljah, wal-qashda wal-qashda, semuanya itu
pasti akan menyebabkan kita tablughu; sampai pada cita-cita yang diidamkan semua
(surga Firdaus).
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.