Maha Suci Allah yang
menciptakan makhluq baik yang nampak maupun yang tidak nampak dan dengan
Kehendak Nya menetapkan bahwa yang tidak nampak justru penentu apa apa yang
nampak. Nyawa manusia tidak nampak tidak pernah dapat diraba dilihat namun
menentukan segala gala yang kelihatan seperti mata telinga tangan kaki dan lain
sebagainya .
Manakala nyawa manusia masih ada didalam tubuh, masih dipandang
keberadaannya masih berfungsi segala gala pemberian Allah SWT berupa
penglihatan pendengaran kaki tangan jantung paru paru dan semua organ tubuh
semuanya. Ketika Allah Azza wa Jalla mencabut nyawa seorang hamba hilanglah
keberadaan hamba sehingga dikatakan bahwa orang itu sudah “tidak ada” sementara
semuanya masih ada hanya nyawanya saja sudah diambil
Demikian juga dengan ciptaan Nya berupa niat yang tidak
bisa diketahui sesiapapun melainkan hanya Allah Azza wa Jalla dan hamba, sangat
menentukan amal amalan dhahir yang diperbuat. Dengan Rahmat Nya maka nilai dari
amalan yang nampak ini ditentukan dari keniatan yang ada didalam hati. Sebesar
atau sejauh mana niat hamba sebesar dan sejauh itu pula dinilai suatu amalan.
Allah Maha Mengetahui kemampuan masing masing hamba Nya sebab segala sesuatu
sudah ditetapkannya. Rizki masing masing sudah ditetapkan ketika manusia belum
dilahirkan kemuka bumi. Maka adakalanya simiskin ingin banyak beramal karena
terbentur keterbatasan hartanya sehingga tidak mungkin dapat berderma dengan
harta yang banyak. Namun karena niatnya sungguh sungguh ingin berkorban harta
Allah SWT Yang Maha Penyayang memberikan pahala penuh sebagaimana dia
mendermakan harta sebanyak yang diniatkannya.
الْمَسْأَلَةُ الْأُولَى: فِي
فَضْلِ النِّيَّةِ
قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ: «إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ» ،
وَقَالَ: «إِنَّ اللَّهَ لَا
يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَعْمَالِكُمْ وَإِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَنِيَّاتِكُمْ»
وَفِي الْإِسْرَائِيلِيَّاتِ
أَنَّ رَجُلًا مَرَّ بِكُثْبَانٍ مِنْ رَمْلٍ فِي مَجَاعَةٍ فَقَالَ فِي نَفْسِهِ:
لَوْ كَانَ هَذَا الرَّمْلُ طَعَامًا لَقَسَمْتُهُ بَيْنَ النَّاسِ فَأَوْحَى
اللَّهُ تَعَالَى إِلَى نَبِيِّهِمْ قُلْ لَهُ: إِنَّ اللَّهَ قَبِلَ صَدَقَتَكَ
وَشَكَرَ حُسْنَ نِيَّتِكَ وَأَعْطَاكَ ثَوَابَ مَا لَوْ كَانَ طَعَامًا
فَتَصَدَّقْتَ بِهِ.
Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya apa apapun bergantung
dengan niatnya”. Beliau Saw. juga bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak memandang
kepada rupa kalian, tidak pula kepada amal-amal kalian, namun Allah hanya
memandang hati kalian dan niat tulus kalian”.
Didalam
kisah Israiliyyat terdapat seseorang melewati bukit pasir, lalu berkata dalam
hatinya:
“Andaikan sebukit pasir ini adalah makanan, maka akan aku
bagikan kepada masyarakat (yang tengah dilanda kelaparan).” Maka kemudian Allah
Ta’ala menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya: “Katakanlah kepada orang itu: ‘Sungguh
Allah telah menerima sedekahnya, menerima niat baiknya, dan menganugerahkan
pahala kepadamu laksana sebukit pasir itu adalah makanan, lalu engkau
bersedekah dengannya’.”
Kisah diatas mengajarkan kepada kita agar senantiasa
berniat baik didalam segala perbuatan kita, berupaya untuk mengharapkan
kebaikan didalam hati kita untuk orang lain, sebab apapun niat baik yang
terbesit didalam hati kita, ada nilainya disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Betapa Bijaksananya Sang Maha Pencipta Kehidupan ini yang
mengutamakan isi hati hamba hamba Nya dan bukan hanya menilai apa yang nampak
saja. Yang nampak adalah Karunia Allah yang dianugerahkan berbeda beda dengan
Kehendak Nya seperti harta, jabatan kekuasaan keahlian ilmu pengetahuan
kekuatan dan lain sebagainya. Ada orang yang memperoleh anugerah harta
berlimpah, jabatan yang tinggi kekuasaan yang sangat luas keahlian yang yang
tidak dimilik semua orang, ilmu pengetahuan yang dalam serta kekuatan super dan
lain lain. Jika hanya itu saja yang dijadikan tolok ukur penilaian seseorang
dihadapan Allah SWT maka kesempatannya sangat terbatas. Ada manusia yang tidak
memiliki kesempatan tersebut sebab tidak diamanahi ni’mat ni’mat tersebut. Maka kesempatan yang tidak terbatas berupa
keniatan ini wajib kita syukuri dengan senantiasa memasang niat dengan benar
dalam setiap amalan agama jangan sampai salah niat.
Ulama mendefinisikan tentang niat yaitu niat adalah Azmul
qolbi ala syaiin = Keinginan kuat hati untuk melakukan sesuatu. Niat ini yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Niat untuk berbuat baik
atau niat untuk berbuat keburukan.Yang dinilai Allah Azza wa Jalla adalah niat
yang tersimpan dihati bukan yang
nampak dhahir. Sesuatu yang nampak dhahir baik belum tentu niatnya baik.
Dengar kajian dengan niat untuk menambah ilmu, niat untuk
mengamalkan serta menyampaikan kembali itu niat yang baik sebaliknya dengar
kajian di masjid dengan niat nanti membawa sandal baru milik orang lain itu
niatnya buruk. Ringkasnya Niat dahsyat efeknya baik positif maupun negatif.
Manusia bisa memperoleh keuntungan dahsyat dari niatnya yang benar atau
sebaliknya manusia bisa celaka merugi apabila tidak ada niat atau salah niat Setidaknya
ada 2 keadaan yang disebabkan oleh niat seseorang didalam hatinya
1.
Rugi dengan niat
Manusia
beramal tetapi justru mendapatkan kerugian karena lupa memasang niat dengan
benar. Sudah beramal dan lahiriahnya baik tidak ada kekurangannya akan tetapi
gagal dapat pahala karena salah niat, niatnya tidak ikhlas
Sabda
Nabi Betapa banyak orang puasa hanya dapat lapar dan haus karena tidak ikhlas
رُبَّ
صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia
tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR.
Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam
Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih
ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).
QS Al Furqon ayat 23 semua
amalan yang tidak ikhlas akan dijadikan debu yang beterbangan
وَقَدِمْنَا
إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan
kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan."
Ada
3 golongan yang masuk neraka pertama kali, Pejuang, Ahli Ilmu , Qori dan dermawan,
ketiganya sebab salah niat bukan salah amal.
2.
Untung karena niat
Manusia
mengerjakan amal amal yang sebetulnya amal keseharian atau rutinitas namun
ternyata mendatangkan pahala yang sangat besar sekali sebab memasang niat
dengan benar diantaranya adalah :
a. Rutinitas
biasa berpahala contohnya tidur, makan minum mandi hub suami istri ( Hukumnya
Mubah ) akan mendapatkan pahala jika niatnya melaksanakan Perintah Allah dan
mencontoh Rasul saw.
b. Bekerja
dapat pahala menafkahi anak istri berpahala sebagai amal sodaqoh. Fisabilillah tidak harus jihad melainkan juga
menafkahi anak istri merupakan jihad fisabilillah juga
c. Tanpa
beramal dapat pahala contohnya niat untuk sholat tahajjud tetapi ketiduran maka
tetap dapat pahala sebagaimana pahala melaksanakan sholat tahajjud.
Intinya adalah bahwa niat
sangat menentukan segala galanya di sisi Allah Azza wa Jalla Niat hanya
mengharap ridho Allah SWT semata. Maksud niat hanya mengharap ridho Allah Azza
wa Jalla hendaknya menjadikan apa saja yang diridhoi Allah sebagai maksud dan
tujuan beramal. Dakwah adalah kerja semua para Nabi dan Rasul saw sehingga
dengan dakwah itu Iman para Nabi dan Rasul saw selalu meningkat sempurna dan
hidayah tersebar ke seluruh ummat manusia. Maka niatkan semua amalan amalan
agama kita dan semua anugerah ni’mat dari Nya dalam rangka dakwah. Itulah niat
yang paling dahsyat yang In syaa Allah mendapat Ridho Allah SWT.
Jika diniatkan semua amal
agama dalam rangka dakwah maka akan mendatangkan hidayah dan dengan hidayah
maka akan menjadikan semua ummat manusia taat dan bertaqwa kepada Allah SWT
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ ، كَانَ
عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada
petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada
kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya,
tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”
Dengan
memasang niat sejak awal awal terhadap semua amalan agama kita diniatkan
sebagai amalan dakwah seperti semua para Nabi dan Rasul saw maka akan
mendapatkan pahala dahsyat dan selalu mengalir sampai hari kiamat tiada henti
hentinya dan semakin hari semakin meningkat sempurna. In syaa Allah.
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.