Hati
merupakan inti dari diri seorang manusia. Dan, Allah SWT sangat memperhatikankondisi hati setiap hamba-Nya.
Rasulullah
shallahu’alaihi wasallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya di dalam diri manusia ada segumpal
darah (hati), apabila hati itu baik maka baik pula seluruh diri dan amal
perbuatan manusia dan apabila hati itu rusak, maka rusaklah seluruh diri (amal
perbuatan manusia tersebut). Ingatlah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim).
Hati
diibaratkan raja, sedang aggota badan adalah prajuritnya. Bila rajanya baik,
maka akan baik pula urusan para prajuritnya. Bila buruk, maka demikian pula
urusan para prajuritnya. Oleh sebab itu, dalam Islam amalan hati memiliki
kedudukan yang agung. Bisa dikatakan, pahala dari amalan hati lebih besar
daripada amalan badan. Sebagaimana dosa hati lebih besar daripada dosa badan.
Oleh karena itu kita dapati; dosa kufur dan kemunafikan lebih besar daripada
dosa zina, riba, minum khamr, judi dst.
Hati adalah
standar kebaikan amalan badan. Ia ibarat pemimpin bagi badan. Baiknya hati akan
berpengaruh pada baiknya amalan badan. Dan buruknya hati akan berpengaruh pada
buruknya amalan badan.
Dalam hadits
Qudsi disebutkan, dimana Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam meriwayatkan
dari Robb-nya, Allah ta’ala berfirman,
أنا أغني الشركاء عن الشرك, فمن عمل
عملا أشرك فيه معي غيري تركته و شركه
“Aku paling
tidak butuh pada sekutu. Barangsiapa mengerjakan suatu amalan dalam keadaan
menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia bersama dengan
sekutunya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis di
atas sebagai dalil bahwa amalan hati lebih besar kedudukannya daripada amalan
badan. Karena amalan badan tidak akan berguna bila seorang berlaku syirik,
sebanyak apapun amalannya. Baik syirik kecil apalagi syirik besar.
Seperti
seorang sedekah karena riya’ (dan riya ini letaknya di hati), maka akan
sia-sialah pahala. Sebesar apapun nominal sedekah yang ia keluarkan. Atau
membaca Al Qur’an supaya dipuji suaranya oleh orang-orang (sum’ah). Ini juga
akan sia-sia pahalanya. Meski sebagus apapun lantunan suaranya.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan:
الأعمال الظاهرة لاتكون صالحة مقبولة
إلا بواسط أعمال القلب، فإن القلب ملك واﻷعضاء جنوده، فإذا خبث الملك خبثت جنوده
“Amalan
badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja,
sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan
buruk pula seluruh prajuritnya. ” (Majmu’ Al Fatawa, 11/208).
Hati juga
merupakan tempat memperolehnya pengetahuan hakiki setelah panca indera. Jika
saja Allah Subhanahu Wata’ala tidak menciptakan hati bagi manusia, maka
seseorang tidak akan mengetahui sesuatu sampai hakikatnya. Sebagaimana firman
Allah Subhanahu Wata’ala :
وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ
أُمَّهَـٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡـًٔ۬ا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ
وَٱلۡأَبۡصَـٰرَ وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَۙلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ (٧٨)
“Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.”
(QS An-Nahl [16] : 78).
Ulama
mengatakan hati merupakan tempatnya akal (fikiran), dan hati memiliki cahaya
sebagai daya yang karenanya akal bisa berfikir.
Jadi, tanpa
hati berserta cahayanya seorang manusia tidak dapat berfikir, serta tidak mampu
membedakan antara kebaikan dan keburukan. Oleh sebab itu, hati adalah instrumen
terpenting dalam diri manusia disebabkan kemampuannya untuk menilai bahwa
sesuatu itu adalah baik atau buruk. Maka hendaknya seorang yang beriman berfikir
dengan hati yang jernih.
Dengan
demikian pantas jika dikatakan hati adalah inti atau raja dari setiap manusia.
Sebab, pikiran, ucapan dan perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi
hatinya.
Semua
manusia dilahirkan di atas fitrah yakni dibekali dengan hati yang sesungguhnya
telah mengenal kebaikan dan keselamatan ( Islam )
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, yang artinya, “Semua bayi (yang baru lahir) dilahirkan di atas fitrah
(cenderung kepada Islam), lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikannya orang Yahudi,
Nashrani atau Majusi.”
Dan dari
‘Iyadh bin Himar al-Mujasyi’i Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِنِّـي خَلَقْتُ عِبَادِيْ
حُنَفَاءُ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ
دِيْنِهِمْ
(Allâh Azza
wa Jalla berfirman): Sesungguhnya Aku menciptakan para hamba-Ku semua dalam
keadaan hanif (lurus dan cenderung pada kebenaran) dan sungguh (kemudian) para
syaitan mendatangi mereka lalu memalingkan mereka dari agama mereka…”
Hati yang dijaga akan senantiasa
memancarkan kekuatan iman, semakin tenang dengan melakukan kebaikan-kebaikan,
terutama kala mendengarkan ayat-ayat Allah dikumandangkan
. إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ
إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal [8]:
2).
Amalan badan
dan amalan hati merupakan amalan yang dicontohkan Rasulullah saw dan pertanda bahwa
amalan tersebut semakin mendekati dengan Kehendak Allah SWT dan Sunnah Rasul
saw yakni semakin timbul sifat kasih sayang terhadap semua makhluq. Sebaliknya amalan
badan sehebat apapun akan tetapi jika tidak menimbulkan sifat kasih sayang
terhadap semua makhluq boleh jadi ada kesalahan didalam amalan hatinya.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَٰنُ وُدًّا
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan
menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Q.s. Maryam: 96).
(dari berbagai sumber)
(dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.