سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا
الْجَنَّةَ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ وَلاَ أَنَا
إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ
“Tepatlah kalian, mendekatlah, dan bergembiralah, karena
sesungguhnya amal tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” Para
shahabat bertanya: “Termasuk juga anda wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ya,
termasuk juga saya, kecuali jika Allah menganugerahkan ampunan dan rahmat
kepadaku.”
Hadis di atas bukan maknanya amal tidak perlu karena yang akan
memasukkan seorang hamba kedalam syurga yakni ampunan dan rahmat Allah SWT.
Beberapa penjelasan dari ulama mengenai hadis diatas adalah
sebagai berikut :
Pertama Allah swt sama sekali tidak butuh terhadap amal kita, tidak
seperti halnya seorang majikan yang butuh kepada para pekerjanya. Amal manusia
untuk manusia sendiri, karena kalaupun semua manusia tidak beramal Allah swt
tidak ‘peduli’, Dia akan tetap sebagai Yang Mahakuasa dan Mahaperkasa
Kedua, amal seorang manusia tidak diwujudkan oleh dirinya sendiri,
melainkan berkat anugerah dan rahmat Allah swt juga, mulai dari
menghidupkannya, memberi rizki, memberi tenaga, kesehatan, mengutus
rasul-rasul, menurunkan kitab-kitab, menjadikannya cinta kepada keimanan dan
menjadikannya benci terhadap kekufuran. Semua itu adalah berkat rahmat Allah
swt.
Ketiga, amal seorang manusia setinggi-tingginya tidak akan senilai
dengan pahala yang diberikan Allah kepadanya, karena dalam pahala itu Allah swt
sudah melipatgandakannya dari mulai 10 kali lipat, 700 kali lipat, bahkan
sampai kelipatan yang tidak dapat terhitung nilainya.
Keempat, nikmat dan kesenangan yang telah diberikan Allah swt
kepada manusia selama di dunia, walau bagaimanapun tidak akan mampu dibayar
oleh manusia. Seandainya manusia diharuskan membayarnya dengan amal, pasti
mereka tidak akan mampu beramal untuk membayarnya. Padahal jelas, manusia bisa
beramal itu berkat nikmat-nikmat Allah swt tersebut.
Kelima, manusia selalu diliputi oleh dosa dan kesalahan.
Seandainya saja tidak ada ampunan Allah swt dan kebijaksanaan-Nya untuk hanya
mempertimbangkan amal-amal yang baik saja, dengan mengenyampingkan amal
jeleknya, tentu manusia tidak akan mungkin masuk ke dalam surga (Lihat QS.
Az-Zumar [39] : 33-35, al-Ahqaf [46] : 16). Inilah di antara maksud sabda Nabi
saw: “Ya, termasuk juga saya, kecuali jika Allah menganugerahkan ampunan dan
rahmat kepadaku.”
Dari uraian panjang ini bisa ditarik kesimpulan bahwa amal tetap
sebagai penyebab adanya balasan surga. Hanya berdasarkan hadits ini seseorang
tidak boleh ta’ajjub (berbangga diri) dengan amalnya sendiri, karena di sana
pasti ada peran rahmat Allah swt.
Dengan hadits ini juga seseorang tidak perlu takalluf (mempersulit
diri) dengan amal-amal yang dikerjakannya. Tetap optimis dengan amal-amal yang
sudah, sedang dan harus dikerjakan, sebagaimana tuntunan Nabi saw: saddidu, wa
qaribu, wa absyiru, wa-ghdu, wa ruhu, wa syai`un minad-duljah, wal-qashda
wal-qashda, semuanya itu pasti akan menyebabkan kita tablughu; sampai pada
cita-cita yang diidamkan (surga).
by Nashruddin Syarief
Sumber:
https://www.tongkronganislami.net/hadis-masuk-surga-bukan-karena-amal/
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.