Ada yang namanya lisan atau pembicaraan, ada juga yang
namanya gambaran atau penampilan namun yang sebenarnya adalah hakikat. Seperti
orang yang mengucapkan dengan lisannya kata kata api, api, api maka seandainya
dia mampu mengucapkan kata kata api api tersebut walau sampai ribuan kali tetap
tidak ada kesan sedikitpun. Jangankan terbakar bahkan kesan panaspun tidak akan
muncul jika hanya sekedar ucapan lisan saja.
Atau jika seseorang menuliskan tulisan api, api dan api
sebanyak banyaknya memenuhi beratus ratus lembar kertas tetap juga tidak ada
kesan secuilpun. Kertas tidak teraba panas apalagi terbakar sebab walau api,
api dan api nyatanya Cuma tulisan saja.
Seorang pelukis yang begitu indahnya menggambarkan
kobaran api yang menyala nyala seolah membumihanguskan sebuah bangunan
bertingkat, sehingga siapa saja yang memandangi lukisannya sangat kagum dengan
kepiawaian nya melukis. Lagi lagi kesan api tidak ada sama sekali , semuanya
hanya kepalsuan belaka. Api yang nampak bergulung gulung hanyalah sebatas
gambaran saja sama sekali tidak bisa menimbulkan panas apalagi membakar.
Demikian itulah perkataan, tulisan maupun gambaran semua
hanyalah sebatas itu tidak lebih. Akan tetapi apabila sebatang korek api walau
hanya sebiji saja digoreskan akan muncul api yang sebenarnya. Kertas yang
didekatkan akan menyala terbakar, bensin yang ada didekatnya akan disambar
menimbulkan kebakaran yang hebat dapat memusnahkan segala galanya yang ada
disekitarnya.
Hikmah yang bisa diambil dari pemikiran tersebut di atas
adalah bahwa hakikat yang sebenarnya barulah akan memberi kesan yang sebenarnya
pula. Api tidak akan memberikan efeknya apabila hanya sebatas ucapan, tulisan
ataupun gambaran atau tampilan saja. Maka demikian pula agama, apabila hanya
sebatas hanya lisan saja, atau tulisan saja bahkan seandainya hanya sekedar
penampilannya saja tidak dibarengi dengan usaha usaha yang sungguh sungguh
untuk memasukkan kedalam hati yang paling dalam, maka agama hanya terkesan
biasa saja tidak bisa menimbulkan perubahan yang nyata dalam kehidupan
masyarakat.
Amalan amalan agama hendaknya betul betul dijiwai
diresapi hingga menyatu dalam hati karena kata Nabi Muhammad Saw dalam diri
manusia ada segumpal daging manakala segumpal daging itu baik maka akan baik
semuanya namun sebaliknya jika segumpal daging itu buruk akan buruk semua yang
ada pada diri manusia tersebut.
Rosululloh Bersabda:
أَلاَ
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam jasad
manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka baiklah
seluruh jasad,jika segumpal daging itu rusak, maka rusaklah seluruh
jasad,Ketahuilah , dia itu adalah hati.”
Maka sangat penting untuk diperhatikan bahwa dalam setiap
amal amal agama hendaknya selalu diusahakan agar bisa diresapi , dijiwai
dimasukkan benar benar kedalam hati. Bukan sebatas amalan yang refleks saja ,
otomatis seperti robot yang tidak ada penjiwaan sama sekali. Tidak difahami
betul betul apa maksud dan tujuan dari setiap amal agama tersebut.
Hamba hamba Allah SWT yang diberi kefahaman agama niscaya
akan sangat berhati hati dalam bersikap , berperilaku dan barkata kata.
Ingatlah firman Allah Ta’ala,
أَيَحْسَبُ
الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu
saja (tanpa pertanggung jawaban)?”
Hendaknya kita berhati-hati dalam berucap dan berbuat,
karena semua pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala di
akhirat.
وَلَا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)
Dan balasan yang disediakan oleh Allah Ta’ala di akhirat
kelak sesuai dengan amalnya di dunia. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,
“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya,
(disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan
Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan
(ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus
dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang
buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat
kediaman.” (QS. Ar-Ra’du:18)
In syaa Allah dengan memasukkan kedalam hati semua amalan
amalan agama tidak hanya sebatas rutinitas saja maka Allah SWT akan semakin
menyempurnakan kefahaman kita terhadap agama. Tanda kasih sayang Allah SWT
kepada hamba Nya adalah dengan memberikan kefahaman agama.
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu 'Anhu , Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ
اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang
Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia
tentang agama.”
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.