Perubahan yang dimaksudkan
dan diinginkan oleh hamba hamba Allah SWT adalah perubahan kearah kebaikan,
perubahan bukan hanya pada segi materi semata namun juga perubahan yang sampai
mendasar hingga ke dalam jiwa sanubari. Perubahan yang dimaksudkan tersebut
hanya akan terjadi atas Kehendak Allah SWT, dengan Kekuasaan Allah SWT. Tanpa
itu maka bisa jadi perubahannya justru menuju kearah keburukan, perubahan yang
semata mata materi saja bukan perubahan yang semakin menyempurnakan jiwa.
Allah SWT menciptakan
kehidupan di dunia dengan aturan aturan Nya yang disebut dengan Sunnatullah.
Segala sesuatu berjalan mengikuti Sunnatullah, demikian pula perubahan
perubahan di alam ini berjalan mengikuti aturan Allah SWT. Perubahan yang ada di
alam semesta ini tidak langsung saja terjadi melainkan melalui perubahan dari
manusia itu sendiri. Ketika manusia masih tetap taat menjalankan perintah
perintah Allah SWT tidak melanggar aturan aturan agama maka selama itu Allah
SWT akan tetap melimpahkan Karunia Nya berupa kenikmatan kenikmatan hidup baik
berupa kenikmatan dzahir maupun kenikmatan bathiniyah. Namun begitu manusia
merubah dirinya dengan semakin menjauh dari Allah SWT semakin tidak taat dengan
perintah perintah Nya maka Allah SWT pun merubah keadaan keadaan yang ada pada
diri manusia dan alam ini.
Ayat di atas ditafsiri oleh ulama bahwa perubahan yang dimaksud
adalah perubahan jiwa jiwa manusia. Artinya jika hamba hamba Allah SWT mampu
merubah jiwa jiwanya maka Allah SWT akan merubah keadaannya.
Keadaan jiwa, adalah jiwa yang masih dalam tingkat
keadaan ‘jiwa yang mengajak pada keburukan’ (nafs ammarah bis su’) atau ‘jiwa
yang terombang ambing antara perbuatan dan penyesalan’ (nafs lawwamah),
diangkat naik menjadi jiwa yang tinggi, jiwa yang tenang (nafs mutma’innah).
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak merubah keadaan suatu
kaum yang berada dalam kenikmatan dan kesejahteraan, sehingga mereka merubahnya
sendiri. Juga tidak merubah suatu kaum yang hina dan rendah, kecuali mereka
merubah keadaan mereka sendiri. Yaitu dengan menjalankan sebab-sebab yang dapat
mengantarnya kepada kemulian dan kejayaan. Inilah yang dijelaskan Allah dalam
firman-Nya:
إنَّ اللهَ لا
يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّى يُغَيّرُوْا مَا بِأنْفُسِهِمْ
(QS. Ar-Ra’ad ayat 11)
Dalam ayat yang mulia ini terkandung penjelasan,
bahwasanya semua perkara di seluruh dunia ini terjadi dengan taqdir dan
perintah-Nya. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan sunnah- sunnah
kauniyah dan syari’at dalam merubah nasib suatu kaum. Sehingga umat yang
menjalankan sunnah-sunnah kauniyah dan syari’at untuk kejayaan, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala merubahnya menjadi jaya. Demikian juga sebaliknya, apabila
mereka menjalankan sunnah-sunnah Allah untuk kerendahan dan kehinaan, maka
Allah menjadikan mereka hina dan rendah. Hal ini telah terjadi pada umat-umat
terdahulu, yang semestinya menjadi pelajaran bagi umat manusia pada zaman
sesudahnya.
Jika kita mendambakan perubahan. Mulailah dari dalam diri
masing-masing. Karena sudah menjadi Sunnatullah bahwa Allah tidak akan merubah
apapun selama tidak ada perubahan dari dalam diri kita.
Jika sudah ada keinginan dan usaha untuk berubah, maka
Janji Allah untuk memberi bantuan dan kemudahan akan segera datang.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوافِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّا للَّهَ لَمَعَا لْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan)
Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah
bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS.al-Ankabut:69)
Mari kita niatkan diri untuk berubah menjadi lebih baik
bukan hanya sebatas baik secara materi tetapi lebih ditujukan menjadi lebih
baik secara keImanan dan amalan karena disitulah Allah akan memberikan bermacam
bimbingan dan kemudahan serta pertolongan Nya. Dan hanya dengan pertolongan
Allah SWT hamba hamba Allah akan mencapai derajad hamba yang taqwa sukses fid
dunya wal akhirat. Aamiin