Berfikir solusi versus berfikir masalah
Kita ini hidup di dunia
seperti orang yang buta, tuli, bisu dan lumpuh. Tidak ada yang bisa kita
lakukan kecuali ada yang menolong. Maka seorang hamba jika tidak diberi hidayah
Allah Subhanahau wa Ta’ala tidak dibimbing Rasulullah Shallaallaahu alaihi wa
salam semua kita pasti akan tersesat dan binasa Kita sebagaimana bayi yang
terlahir. Tidak tahu apa apa tidak punya apa apa tidak bisa apa apa bukan siapa
siapa tidak ada apa apanya. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita jadi
tahu apa apa jadi punya apa apa jadi bisa apa apa jadi siapa siapa dan jadi ada
apa apanya. Saat seorang hamba menyadari memahami bahwa dirinya tidak ada apa
apanya lalu mau mengakui akan Keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Dzat
Maha Pengasih Maha Penyayang Maha Kuasa Maha Sempurna, dia akan diangkat
derajadnya karena hamba ini sadar akan siapa dirinya dan siapa Tuhan nya. Tetapi
sebaliknya ketika seorang hamba merasa sudah tahu merasa punya merasa bisa tidak
merasa butuh siapa siapa pun selain dirinya sendiri, kemudian Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan tinggalkan hamba tersebut, dan manakala seorang hamba
ditinggalkan oleh Nya pasti binasalah hamba tersebut. Oleh sebab itu siapapun
diri kita sebanyak apapun harta yang ada pada diri kita seluas apapun
pengetahuan kita setinggi apapun pangkat dan jabatan kita tetaplah kita hanya
seorang hamba pendosa, jangan pernah menyombongkan diri dihadapan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Hanya
Allah Azza wa Jalla Yang Maha Kuasa Merubah keadaan suatu kaum
لَهُۥ
مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ
ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا
بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ
ٱللَّهُ
بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
“Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. (QS Ar Ra’d ayat 11 )
Setiap manusia pasti
menginginkan hidup yang lebih baik dan hanya Allah Azza wa Jalla saja yang Maha Kuasa Merubah
keadaan menjadi lebih baik asalkan manusia itu mau merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Namun harus diingat merubah keadaan di sini maksudnya
sudah pasti merubah yang sesuai dengan Kehendak Allah Subhahu wa Ta’ala dan sesuai
cara yang diberikan oleh Rasulullah
shallallaahu alaihi wa salam. Barulah nanti keadaan ini akan diperbaiki Nya.
Tetapi manakala hamba hamba Nya tidak mau merubah keadaan dirinya hanya
mengikut pemikirannya saja mengikut hawa nafsunya saja, justru keburukan yang
menimpa ummat manusia dan manusia tidak akan pernah bisa menolaknya dan hanya
Allah Azza wa Jalla Yang Maha Melindungi ummat manusia apabila terjadi bala
bencana musibah menimpa. Manusia merubah keadaan yang ada pada dirinya (
kaumnya ) sesuai Kehendak Nya dengan mencontoh Sunnah Rasul shallallaahu alaihi
wa salam lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala Merubah keadaan suatu kaum menjadi
lebih baik. Intinya upaya perbaikan diri dan upaya mengajak perbaikan diri
masing masing mengikuti Kehendak Allah Azza wa Jalla dan kembali kepada
kehidupan sunnah dan bukan memperbaiki orang lain apalagi sampai melalaikan
diri sendiri !
Bagaimana
cara menghadapi masalah dalam kehidupan
Masalah itu muncul kalau kita
jadikan masalah, masalah tidak akan pernah muncul kalau tidak pernah dijadikan
masalah. Jadi masalah itu tergantung pada manusia. Ada manusia yang sedikit
sekali masalahnya sebab dia tidak pernah berfikir tentang masalah sebaliknya
ada manusia yang masalahnya sangat banyak sekali sebab apa saja dijadikan masalah Dari masalah penampilan masalah makanan
masalah rizki masalah rumah, kendaraan dan lain lain sebagainya. Menghadapi
masalah apabila fokusnya kepada masalah itu sendiri , justru masalah akan
semakin bertambah. Masalah semakin besar masalah semakin banyak, masalah
masalah akan semakin rumit dan banyak bermunculan masalah masalah baru lainnya,
Jika kita berhadapan dengan suatu masalah tetaplah tawajuh hanya kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan jangan berpaling kepada selainnya.
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ
عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ
وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (Ar-Rum 30).
Masalah yang menciptakan
Allah Azza wa Jalla hanya Dia Yang Maha
Mengetahui hakikat masalah yang sebenar benarnya, masalah akan selesai hanya jika
diselesaikan Nya, maka mengapa kita sibuk derngan masalah bukan sibuk dengan
Allah Rabbul aalamiin. Seharusnya kita semakin sibuk dengan Nya semakin dekat
dengan Nya semakin meningkatkan amal ibadah yang diridhoi Nya barulah nanti Dia
Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih Penyayang akan segera mencabut semua masalah
masalah ini dari kehidupan ummat manusia sampai ke akar akarnya..
Sebenarnya
adakah masalah itu ? Kalau masalah memang ada lalu apa masalah sebenar benarnya
dan apa akar dari segala masalah hidup di dunia ini ?
Sebenarnya
masalah itu tidak ada !!! Loh maksudnya apa kalimat ini ? Kenyataannya hidup
kita adalah masalah dan tidak ada manusia yang tidak punya masalah khan ?
Selama
Allah Subhanahu wa Ta’ala “tetap ada” didalam
hati kita maka selama itu masalah akan tidak ada didalam hati kita. Masalah itu
bagi kita sedangkan bagi Allah Azza wa Jalla masalah itu tidak pernah ada.
Ketika Allah Rabbul Izzati “ada”
didalam hati kita masalah masalah itu diselesaikan Nya sehingga tidak ada lagi
tersisa masalah satupun , namun ketika Allah Azza wa Jalla “tidak ada” didalam hati kita maka semuanya saja akan menjadi
masalah. Intinya, masalah sebenar benarnya adalah apakah Allah Subhanahu wa
Ta’ala masih “Berada” didalam hati
kita masing masing, atau “tidak berada”
didalam hati kita. Adakah hati kita masih menyimpan keyakinan kepada KeAgungan
Kekuasaan Kesempurnaan dan segala gala Sifat Sifat Mulia Allah Azza wa Jalla
atau sudah tidak lagi yakin atau sangat lemah sekali keyakinan kita kepada Nya.
Masalah
sebenarnya hanya ada dua saja yaitu masalah Iman dan masalah amal dan sumber
masalah tidak siapa siapa hanya saja diri sendiri. Masalah masalah lain muncul
saat imannya bermasalah dan amalnya bermasalah. Saat imannya sempurna disertai
amal yang shahih maka masalah masalah lainnya akan hilang lenyap karena masalah
itu semuanya sudah diselesaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Cara menyikapi masalah juga terkadang
keliru mengakibatkan masalah semakin rumit semakin banyak. Kebanyakan manusia
berfikir tentang masalah tidak berfikir tentang solusi dan hikmah. Semua yang
terjadi didalam kehidupan ummat manusia adalah semata semata dengan Kehendak Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Dan semua Kehendak Allah subhanahu wa Ta’ala pasti membawa
hikmah sangat besar didalam kehidupan. Sehingga hendaknya kita pandai pandai
mengambil hikmahnya dan senantiasa berfikir solusi yakni berfikir bagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan menyelesaikan semua masalah kita ini. Sesungguhnya
manusia sangat lemah sekali tidak punya kemampuan sedikitpun menyelesaikan
masalah masalah meskipun masalah yang sangat sederhana. Manusia tidak dirancang
untuk menyelasaikan masalah melainkan manusia hanya dirancang untuk
mengembalikan semua masalah hanya kepada Allah Robul Aalamiin. Sebaliknya tidak
ada masalah apapun yang tidak bisa diselesaikan oleh Allah Azza wa Jalla Yang
Maha Kuasa dan Maha Perkasa.
Sumber masalah adalah dari
manusia itu sendiri wabilkhusus diri sendiri. Ketika ada masalah penyebabnya
adalah dari diri sendiri kemudian kita mestinya beristighfar introspeksi diri, bukan
lalu mencak mencak menyalahkan ini menyalahkan itu menyalahkan anu menyalahkan orang
lain, wah sudah pasti masalahnya akan semakin besar rumit dan banyak. Dengan
beristighfar sebanyak banyaknya mengakui kesalahan diri sendiri jadikan semua
nya sebagai sarana penyempurna Iman dan introspeksi diri terhadap amal amal
kita. Pasti ada yang bermasalah dengan amal kita ini. Jangan jangan sumber
segala masalah saat ini intinya ada pada
diri kita sendiri. Nah khan pasti kita akan memberontak dan mengatakan “ Loh
koq bisa ???” Menyelesaikan masalah dimulai dari yang paling sederhana yang
paling mudah. Sebetulnya menyalahkan diri sendiri jauh lebih mudah daripada
menyalahkan orang lain. Menyalahkan diri
sendiri cukup hanya satu saja yang disalahkan dan cukup hanya satu orang saja
yang diperbaiki dan paling gampang sebab yang paling tahu tentang diri kita ya
kita sendiri. Sedangkan menyalahkan yang lainnya sangat banyak yang harus
diperbaiki. Belum lagi jika orang lain tak mau diperbaiki tak merasa perlu
diperbaiki karena merasa tak bersalah apalagi jika ternyata bukan salah mereka.
Memperbaiki diri sendiri jauh lebih mudah ketimbang memperbaiki orang lain
karena tidak ada orang yang mau disalah salahkan.
Sebagaimana firman-Nya dalam
QS. Ar-Rum ayat 41, yakni:
ظَهَرَ
ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
أَلَّا
تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
“Bahwasanya seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain.” {QS. An-Najm: 38.}
وَلَا
تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ وَإِن تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَىٰ حِمْلِهَا لَا
يُحْمَلْ مِنْهُ شَىْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰٓ ۗ إِنَّمَا تُنذِرُ ٱلَّذِينَ
يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِٱلْغَيْبِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ ۚ وَمَن تَزَكَّىٰ
فَإِنَّمَا يَتَزَكَّىٰ لِنَفْسِهِۦ ۚ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ
“Dan orang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya
memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan
untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya.
Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut
kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan
sembahyang. Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan
diri untuk kebaikan dirinya sendiri.
Dan kepada Allah-lah tempat
kembali. (QS Faathir: 18.}
Jangan mempermasalahkan dosa
orang lain risaukan dosa diri sendiri karena seseorang tidak memikul dosa orang
lain. Terutama yang harus difikirkan adalah dosa dosa pribadi dan jangan sampai
kita sibuk dengan dosa dosa orang lain sementara dosa dosa kita kadang jauh
lebih besar terabaikan. Boleh jadi dosa dosa yang ternampak pada orang lain
justru sebab dosa dosa kita sendiri. Suatu kaum mendapat pemimpin yang dzolim
karena tanpa sadar kita banyak berbuat dzalim sehingga Allah Subhanahu wa
Ta’ala beri seorang pemimpin yang dzolim. Daripada banyak menghujat, mencemooh,
menghina apakah tidak lebih baik kita menjadi tauladan dikarenakan orang lebih
mudah mencontoh ketimbang mendengar uraian yang panjang lebar namun contoh
nyatanya tidak ada atau malah sama saja tentunya tanpa disadari. Masalah tidak
selesai hanya dengan hujatan, makian, cemoohan. Masalah selesai hanya jika
diselesaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan Bantu
selesaikan masalah saat hamba hamba Nya menolong Allah Azza wa Jalla
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ
أَقْدَامَكُمْ
“Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu
( QS Muhammad ayat ke 7 )
Mengingatkan manusia
terutama mengingatkan diri sendiri menyampaikan ajakan kepada ummat manusia
didahului dengan mengajak kepada diri sendiri terlebih dahulu. Mengajak kepada
kebaikan bukan mencela menghujat membuka buka aib manusia.
Rasul shalallaahu alaihi wa
salam bersabda, "Siapa yang melihat
kemungkaran di antara kalian, hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Apabila
tidak mampu, maka hendaklah ia mengubah dengan lisannya. Jika tidak mampu,
hendaklah mengubah dengan hatinya. Itu adalah selemah-lemah iman." (HR
Muslim).
Maksud mengubah disini harus
sesuai dengan sunnah Rasul Shallallaahu alaihi wa salam yang Beliau diutus
menjadi Rahmat bagi semesta alam.
لِّلْعَالَمِينَ رَحْمَةً إِلَّا
أَرْسَلْنَاكَ وَمَا ﴿١٠٧
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”. (QS Al Anbiya ayat 107)
Berikut amalan amalan yang
dapat dikerjakan dalam rangka usaha perbaikan diri sendiri dan saling ajak
mengajak untuk sama sama memperbaiki diri sendiri
Solusi
masalah secara islami
1. Beristighfar sebab sumber masalah adalah diri sendiri
2. Bertaubat karena masalah muncul karena dosa dosa kita
3. Sholat “Wastainu bissobri wassholat
4. Sedekah sebab tidak ada musibah yang dapat melampaui sedekah
5. Prasangka baik dan fokus hanya kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala jangan berfikir hanya masalah saja
6. Senantiasa berdzikir karena hanya
dengan berdzikir hati akan menjadi tenteram dan ketentraman separuh masalah
akan selesai
7. Jangan pernah menyalah nayalahkan orang
lain apalagi sampai menghujat menghina mengghibah mencemooh dan lain sebagainya
yang hanya akan mengurangi timbanangan amal kebaikan kita bahkan akan
mendatangkan dosa dosa menjadikan kita sebagai orang yang bangkrut.
8. Selalu mengambil Hikmah dari semua masalah yang dihadapi
9. Masalah dafahami sebagai sarana menyempurnakan
Iman dan amal dan menghapus dosa dosa
10. Para Rasul para Nabi orang orang Sholeh
dan semua orang yang didekatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semuanya
diberi masalah sebab hendak diangkat kedudukannya setinggi tingginya di sisi
Nya. Semakin tinggi pohon semakin kuat tiupan angin yang diterima nya.
Kunjungi
kami di http://www.drtamtomo.blogspot.com/
Youtube
channel : tamtomonh
https://youtu.be/iG_GIzi9QpY?t=55