“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”
Pernahkah terfikir oleh kita jasad yang sudah mati
yakni jenazah yang sebagian orang merasa takut dengan jenazah atau mayat, maka
ruhani yang mati demikian pula bahkan lebih menakutkan lagi.
Manusia
diberi Allah SWT jasmani beserta ruhani, kedua duanya tetap menyatu selagi
nyawa masih ada. Saat nyawa dicabut maka jasmani terpisah dengan ruh dan hamba
Allah tersebut dikatakan sebagai mayat. Sesungguhnya dikatakan seorang hamba
sebagai manusia hidup manakala ruhaninya masih hidup. Walaupun hamba itu masih
bernyawa namun tatkala ruhaninya mati disebabkan tidak ada dzikrullah maka
seakan akan hamba tersebut adalah mayat, mayat hidup.
Jasmani
agar tetap hidup maka tidak henti hentinya paru paru selalu bernafas menjamin
tersedianya oksigen untuk diedarkan ke seluruh sel sel tubuh, jantung pun selalu
berdenyut mengedarkan darah keseluruh tubuh agar seluruh sel sel tubuh terjamin
nutrisinya dan lain lain. Beberapa saat saja paru paru berhenti bernafas
apalagi jantung berhenti berdetak maka jasad akan mengalami kerusakan sehingga
menimbulkan hal yang sangat fatal sampai mengalami kematian. Seperti halnya
jasmani maka agar ruhani tidak rusak dan tetap hidup terus harus selalu
menyambung dengan Allah SWT yakni selalu mengingat Nya. Sesaat saja ruhani
tidak menyambung dengan Allah SWT maka akan menyebabkan ruhani mengalami
kerusakan dan apabila terus menerus tidak ada sambung dengan Allah SWT bisa
berakibat sangat fatal yakni kematian ruhani. Manusia yang ruhaninya telah mati
bagaikan mayat hidup. Jasmaninya hidup tetapi sesungguhnya telah mati seperti
(maaf) zombie yang tentu menakutkan dan membahayakan kehidupan.
Firman-firman
Allah SWT dalam Al-Qur'an banyak memberi tuntunan bagaimana seharusnya ruhani
tetap ada sambung dengan Allah SWT dengan berdzikir.agar tetap hidup.
"(yaitu) orang-orang
yang beriman dan dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah
hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang" (Ar-Ra'd 28).
"Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu; dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)- Ku." (Al-Baqarah 152),
"Wahai orang-orang
yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-
banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang" (QS Ali
Imran ayat 41 )
"Adapun
orang laki-laki yang banyak berdzikrullah, demikian juga orang-orang wanita,
disedikan Allah baginya ampunan dan pahala yang besar" (Al-Ahzab 35),
“Maka apabila telah
ditunaikan salat, maka hendaklah kamu bertebaran dimuka bumi dan
carilah karunia Allah. Dan ingatlah Allah sebanyak – banyaknya supaya
kamu beruntung” QS. Al Jumuah (62) : 10
Landasan lain yang digunakan kaum
Sufi adalah sabda-sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: " “Dari Ibn Umar ia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda: Hati ini berkarat seperti berkaratnya
besi jika terkena air. Lalu beliau ditanya: Apa pembersihnya? Sabda beliau:
banyak mengingat mati dan membaca Al-Quran.”(HR: Albaihaqiy)
Manusia yang hatinya lalai tidak
berdzikir kepada Allah SWT sehingga hatinya mengalami kerusakan dan bahkan jika
tidak berdzikir sama sekali maka hatinya akan mati. Kematian hati ini akan
mempengaruhi segala galanya sebagaimana sabda Rasul saw
Dari An Nu’man bin
Basyir radhiyallahu ‘anhuma,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ
وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ،
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia
baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh
jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati ” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Hati yang mati
mengakibatkan tidak dapat merespon segala petunjuk petunjuk dari Allah SWT
selanjutnya karena tidak dapat memahami petunjuk petunjuk dari Allah SWT maka
hawa nafsunya lah yang akan mengendalikan segala aktifitas jasmaninya.
"Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan
melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di
atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan
pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada
petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. (QS Al Kahfi
57)
"Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(QS Al Baqarah 10)
Membersihkan
hati dan menolak kehendak hawa nafsu yang keji itu fardlu 'ain hukumnya. Akan
tetapi, membersihkan hati itu sangat sukar karena penyakit hati (illat-illat)
itu tidak terlihat oleh mata tetapi dapat ditangkap dengan hati.
Untuk
menandingi illat-illat tersebut harus ada Nur yang tidak dapat ditangkap oleh
panca indera tetapi tertangkap oleh hati. Dengan Nur tersebut keluarlah manusia
dari gelap gulita ke terang benderang dengan izin Tuhannya. Cara kaum Sufi
membuang penyakit hati tersebut adalah dengan riyadhah dan latihan-latihan yang
antara lain meliputi bertaubat, membersihkan Tauhid, taqarrub kepada Allah,
mengikuti Sunnah Nabi, memperbanyak ibadah, qiyamul lail, tidak memakan/meminum
makanan/minuman yang haram, tidak menghadiri tempat yang menambah nyala api
hawa nafsu, tidak melihat pemandangan yang haram, dan menahan diri dari ajakan
syahwat. Riyadhah dan latihan khusus kaum Sufi untuk membersihkan hati adalah
dengan DZIKRULLAH, berdzikir dengan menyebut nama Allah.
Ada satu pengalaman
dari seorang hamba Allah SWT yang sangat menarik untuk disimak mengenai apa itu
hakikat dzikir , dzikir yang tiada putus.
DZIKIR TIADA PUTUS
Sekitar
lima tahun yang lalu, tepat nya mungkin tahun 2012. seseorang pria misterius
menelepon saya dan berbicara seputar dzikir. memang di kala itu saya sedang
gila-gila nya berdzikir. Tetapi saat itu saya belum mengenal yang nama nya
dzikir nafas.
Aneka
macam alat tasbih yang saya miliki.. dari kayu hingga lah batu. saya senang
berdzikir. saya rela duduk berjam-jam hingga kaki saya pincang-pincang ketika
berjalan karna terlalu lama duduk.
Saya
pun tidak tahu siapa pria itu, siapa namanya dan darimana dapat No Hp saya?
saya pun tidak tahu. kami sangat asyik mengobrol tentang agama dan seputar
dzikir.
"sekarang
apakah kamu sedang berdzikir?" tanya beliau.
"Tidak
pak, saya dzikir itu di saat selesai sholat magrib dan di tengah malam. kalau
bapak kapan saja berdzikir nya?" saya pun kembali bertanya.
"Saya
berdzikir setiap saat, tiada putus. di saat sedang ngobrol dengan kamu ini pun
saya sedang berdzikir kepada Allah..!" jawab bapak itu dengan santai nya.
"Ah,
jangan bercanda lah pak..! sekarang ini kan sedang ngobrol dengan saya..
bagaimana pula bapak katakan sedang berdzikir?" saya pun jadi tertawa dengan
pengakuan nya itu. pasti ngawur nih orang. mengada-ngada saja, kata hati saya.
"
saya tidak bercanda, memang benar saya sedang berdzikir. suatu saat kamu pasti
akan memahami nya." begitulah kalimat terakhir nya. santai tapi serius.
Tiba-tiba
obrolan kami pun terputus. saya pun tidak menelepon balik, " Ah, ini hanya
orang iseng saja.." pikir saya.
Di
tahun 2013 bertemu lah saya dengan metode dzikir nafas yang di sampaikan oleh
pak setiyo purwanto. beliau menjelaskan bahwa makna Dzikrullah itu bukan ingat
Allah, apalagi menyebut nama Allah. tetapi makna nya ialah Sadar Allah.
Mulai
lah saya mendalami dzikir nafas, alat tasbih sudah tidak saya gunakan lagi.
tetapi nafas lah sebagai alat pengganti tasbih untuk berdzikir kepada Allah.
saya selalu berdzikir menggunakan nafas di setiap keadaan.
Semakin
lama saya dalami dzikir nafas.. kesadaran jiwa aktif, kesadaran kepada Allah
selalu ON setiap saat, dzikir nafas pun saya tinggalkan.
Barulah
saya pahami yang di katakan bapak misterius tadi, yaitu berdzikir tiada putus.
sehingga ketika mengobrol saja ia bisa berdzikir kepada Allah. ternyata yang ia
pakai adalah "kesadaran".
Kesadaran
adalah wilayah jiwa. ketika jiwa aktif maka kesadaran kita ini bisa di
bagi-bagi. jasad bisa beraktivitas seperti biasa, jiwa bisa terus menerus
berdzikir kepada Allah. baik dengan menyebut nama Allah, maupun tanpa menyebut.
kita bisa terus menerus berdzikir kepada Allah.
Kalau
dahulu saya hanya merasakan Allah yang dekat itu hanya lah di saat duduk
berdzikir saja. ketika menjalani kesibukan duniawi.. saya pun lalai. Allah tak
lagi hadir di hati saya.
Sekarang
baru lah saya pahami makna dzikir yang tiada putus. Allah menyuruh kita
berdzikir sebanyak-banyak nya, baik di kala duduk, berdiri, dan berbaring.
Makna
"sebanyak-banyak nya" itu, seberapa banyak? apakah 100 kali, 1000
kali, atau 10.000 kali sebutan?
Dan
makna di kala duduk, berdiri, dan berbaring itu seperti apa?
Apakah kita harus meluang kan waktu hanya untuk berdzikir saja? bagaimana dengan urusan dunia kita?
Apakah kita harus meluang kan waktu hanya untuk berdzikir saja? bagaimana dengan urusan dunia kita?
Sekarang
baru saya pahami.. berdzikir lah dengan kesadaran. karna kesadaran itu tak
terbatas ruang dan waktu. sungguh urusan duniawi tak akan terganggu.
Istri
saya pun bertanya akan perubahan sikap saya. " dahulu abang sering duduk
berdzikir hingga berjam-jam lama nya. sekarang mengapa saya lihat abang sudah
jarang berdzikirnya..?"
Karna
saya sudah pahami hakikat dzikir yang sesungguhnya. Allah hadir bukan
disaat duduk saja tetapi setiap saat dikala sendiri maupun beramai-ramai dikala sepi maupun dikala kebisingan saya
selalu bersama Allah.
karna Hakikat dzikir adalah "Sadar Allah".
jika kesadaran telah aktif. barulah kita bisa berdzikir tanpa putus. itulah
yang di katakan dzikir yang sebanyak-banyak nya.
Sesungguhnya Allah Swt dalam al Quran Kariim berulang kali
menyampaikan tentang perintah zikir pada seluruh hamba – Nya.
Mudah mudahan Allah SWT mudahkan kita semua untuk senantiasa
berdzikir dengan dzikir yang tiada putus putus dan kita niat dakwahkan hakikat
dzikir ini kepada seluruh ummat manusia sampai hari kiamat kelak
In syaa Allah
No comments:
Post a Comment
Kami akan sangat berbahagia apabila anda memberi komentar atas tulisan di atas. Jazakallooh atas segala perhatiannya.