Perintah yang pertama sekali diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad saw adalah “Iqro”. Padahal Beliau saw adalah seorang yang ummi,
tidak bisa membaca maupun menulis . Lalu melalui malaikat Jibril as ,
Rasulullaah saw telah diberi dorongan semangat untuk membaca, “Iqro !” Dan
ketika Rasulullaah saw mengatakan kepada malaikat Jibril as “Aku tidak dapat
membaca” kemudian dipeluknya erat erat oleh malaikat Jibril as sebagai wujud
kecintaan dan keinginan yang begitu mendalam kepada beliau agar dapat membaca. Tidak
hanya sekali malaikat Jibril memberikan dorongan semangat kepada Rasulullah saw,
melainkan hingga tiga kali berturut turut walau jawaban
Rasulullaah saw tetap sama “ Aku tidak dapat membaca ” Barulah kemudian
malaikat Jibril as menuntun beliau untuk membaca ayat ayat suci Al Qur’an.
1. Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Sangat menarik sekali untuk dikaji perintah yang pertama
sekali yakni Iqro sementara Rasulullaah saw ummi , tidak dapat membaca maupun
menulis dan begitu besarnya dorongan semangat yang diberikan malaikat Jibril as
kepada Rasulullaah saw untuk dapat membaca. Seandainya yang dimaksud oleh
malaikat Jibril as adalah sekedar membaca sebagaimana membacanya manusia pada
umumnya tentu tidak demikian halnya karena malaikat Jibril as juga mengetahui
dari Allah SWT bahwa Rasul saw adalah seorang yang ummi. Hikmah yang bisa
diambil dari peristiwa dan ayat ayat tersebut di atas ialah
2. Dengan
semangat Iqro, “membaca atas nama Allah SWT”, tidak hanya sebatas tulisan
semata melainkan apa saja hendaknya dibaca, bahkan walau tidak bisa baca dan
tulis sekalipun dengan semangat Iqro tidak tertutup kemungkinan untuk bisa mamahami
hakikat segala sesuatu tentang ciptaan Allah SWT. ( Dalam salah satu sabdanya
Rasulullaah saw telah menyatakan bahwa kita boleh memikirkan tentang makhluq
makhluq ciptaan Allah SWT tetapi melarang memikirkan tentang Dzat Nya karena
tidak akan pernah mampu memikirkannya. ) Rasulullaah saw yang ummi dengan semangat
Iqro dan bimbingan Wahyu maka dapat memahami hakikat kehidupan ini .
3. Karena
semangat Iqro adalah mempelajari segala sesuatu atas nama Allah SWT maka tujuan
dari mempelajari segala sesuatu itu adalah untuk semakin mendekatkan diri
kepada Allah SWT, untuk semakin mengenal lebih dekat kepada Allah SWT. Jika
Ilmu Pengetahuan bertambah namun hubungan dengan Allah SWT semakin jauh maka
hal itu tidak sesuai dengan semangat Iqro yang pertama sekali diperintahkan
oleh Allah SWT.
4. Jiwa
yang didalamnya senantiasa memiliki semangat Iqro ( belajar / membaca atas nama
Allah SWT ) Insya Allah akan diajari Allah SWT apa apa yang tidak diketahui
sebelumnya, sebagai misal hakikat
tentang sesuatu, karena hanya Allah SWT saja yang Maha Mengetahui hakikat
tentang segala sesuatu. Maka ketika melaksanakan amal amal agama, didalam hati tetap
diniatkan dalam rangka belajar
untuk menuju kepada kesempurnaan amal amal agama , menuju hakikat amal amal
agama tersebut. Selama masih ada semangat iqro ( niat belajar atas nama Allah
SWT ) didalam hati kita ketika melaksanakan amal amal agama , maka Insya Allah
akan selalu mendapat bimbingan Allah SWT dan akan selalu diingatkan jika suatu
saat khilaf atau berbuat salah. Sebaliknya apabila tidak meniatkan belajar ketika melaksanakan amal
amal agama maka hakikatnya manusia tersebut telah berhenti dari usaha menuju
kepada kesempurnaan amal amal agama. Tidak mustahil lama kelamaan karena tidak
memahami hakikat amal amal agama tersebut maka ruh amalan agama akan sirna.
Sholat hanya sekedar gerakan gerakan fisik semata, dzikir hanya sebatas ucapan
ucapan lisan yang tidak membekas dalam jiwa, puasapun hanya mendapatkan lapar
dan dahaga dan lain sebagainya karena telah berhenti dari niat belajar
menyempurnakan amal amal agama.
Wallahu a’lam